Oleh KH. Syukron Djazilan Badri – DASA Dakwah & Sosial Al-Jihad. Edisi 030 Dzulqo’dah / 2015
Bodoh adalah salah satu penyakit hati yang sangat kronis dan sangat mengerikan dampaknya. Namun sering dan mayoritas penderitanya tidak merasa kalau dirinya sedang terjangkit penyakit berbahaya ini. Penyakit bodoh ini akan memunculkan penyakit-penyakit hati lainnya, seperti
iri, dengki, riya, sombong ujub (membanggakan diri) dan
iri, dengki, riya, sombong ujub (membanggakan diri) dan
lainnya. Kebodohan ini penyakit hati yang berbahaya dan lebih dahsyat dibanding penyakit dalam tubuh kita. Jika puncak dari penyakit badan berakhir dengan kematian, penyakit hati akan mengantarkan penderitanya kepada kesengsaraan dan kebinasaan yang kekal.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah
Manusia yang terkena penyakit ini hidupnya hina dan sengsara, di dunia maupun di akhirat. Allah SWT banyak menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang tercela dan hinanya serta balasan akibat bagi orang-orang yang bodoh yang tidak mau tahu tentang ilmu agama di dunia dan di akhirat. Diantaranya Allah menyatakan dalam surat Al-Furqaan ayat ke -44 : “Apakah kamu mengira kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami? Mereka tidak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat jalannya.”
Pada ayat ini, Allah menyerupakan orang-orang bodoh yang tidak mau tahu ilmu agama seperti binatang ternak bahkan lebih sesat dan lebih jelek. Di dalam surah Al-Anfal ayat 22 : “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling jelek disisi Allah adalah orang yang bisu dan tuli yang tidak mau mengerti apapun (tidak mau mendengar dan memahami kebenaran).”
Dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa orang-orang bodoh yang tidak mau memahami kebenaran adalah binatang yang paling jelek diantara seluruh binatang-binatang melata, seperti keledai, binatang buas, serangga, anjing dan seluruh binatang yang lain. Maka orang-orang bodoh yang mengabaikan kebenaran lebih jahat dan lebih jelek dari seluruh binatang.
Sungguh Allah banyak mensifati orang-orang Jahil itu dengan bisu, buta dan tuli. Kemudian keberadaan orang-orang yang jahil terhadap dakwah para rasul, semenjak rasul pertama sampai rasul yang terakhir, mereka adalah musuh yang paling berbahaya, bahkan ia musuh para rasul uang sebenarnya. Sampai Musa AS berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang yang jahil, sebagaimana dalam Surah Al-Baqoroh ayat ke – 67 : “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang yang jahil.”
Kemudian Allah SWT juga menyerupakan orang jahil yang tidak menerima dakwah rasul seperti orang yang mati yang telah terkubur, walau jasad mereka hidup. Dakwah Rasul itu adalah ilmu dan iman, kedua hal inilah yang menjadikan hati itu hidup, kalau ilmu dan iman tidak terdapat di hati seseorang, maka orang itu akan menjadi bodoh. Dan orang yang bodoh hatinya akan mati. Akibat dari kebodohan ini maka kehidupan dia di dunia ini seperti orang buta, tidak bisa melihat kebenaran. Siapa yang tidak mengerti kebenaran’ dia akan tersesat dan menjalani hidup ini tanpa arah.
Orang yang buta mata hatinya akibat kebodohannya, ia akan dibangkitkan dalam keadaan buta pula. Tempatnya adalah neraka jahannam. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Isra’ ayat 72 dan 97 : “Barangsiapa di dunia ini buta mata hatinya, maka dia di akhirat lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar. Dan kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat diseret atas muka mereka diseret dalam keadaan buta, bisu, dan pekak, tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam.”
Demikian akibat dan balasan bagi orang-orang yang bodoh yang tidak mau tahu ilmu agama ini. Itulah gambaran bagaimana juga keadaan yang sebenarnya mereka di dunia, manusia akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan hatinya. Semua hal ini menunjukkan tentang jelek dan tercelanya kebodohan orang yang jahil (bodoh) di dunia dan di akhirat. Betapa bahaya dan mengerikannya kalau kebodohan itu menimpa seseorang, dia akan menerima akibatnya yang akan membinasakan dirinya. Padahal kalau kita melihat keadaan kaum muslimin sekarang ini yang ada di sekitar kita, sungguh mereka telah dilanda penyakit yang mengerikan ini.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Kalau kita tahu sedikit saja tentang agama ini dan berusaha untuk mengamalkan, kita juga akan tahu kenyataan yang menyedihkan, kebodohan telah merata baik secara individu, keluarga, masyarakat dan Negara. Namun mereka tidak merasa kalau mereka sedang dijangkit penyakit berbahaya yang membinasakan dirinya tersebut. Mereka tertawa dan terlena dengan kegelimangan dunia, tidak sadar kalau mereka di atas kesesatan bahkan di dalam kekafiran, kebid’ahan dan kemaksiatan. Namun karena kebodohan, mereka tidak merasa, bahkan merasa di atas kebenaran dan ketaatan. Tatkala disampaikan oleh yang benar, mereka merasa resah dan tertuduh sesat. Kenyataan ini melanda mayoritas kaum muslim, orang mudanya, orang tuanya, rakyatnya, dan pimpinannya. Sungguh menyedihkan kenyataan ini.
Lantas Bagaimana Kalau Hal Ini Terus Berlarut-Larut Dibiarkan?
Semoga guratan kecil diatas kertas ini menjadi peringatan bagi kita semua, sehingga kita semua tersadar untuk merubah keadaan yang berbahaya dan mengerikan ini untuk kemudian meraih kehidupan yang diridhoi Allah SWT, yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan abadi, di dunia maupun di akhirat. Keadaan seperti ini tidak akan ada jalan lain untuk merubahnya kecuali dengan bekal ilmu yang bermanfaat. Kebodohan adalah penyakit hati yang tidak ada obatnya, kecuali dengan ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Tidak lain obatnya kebodohan selain bertanya.” (HR. Ibnu Majjah, Ahmad, dan yang lainnya)
Oleh karena ini pulalah Allah menamakan Al-Qur’an sebagai Asy Syifa’ (Obat bagi segala penyakit hati). Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Yunus ayat 57 : “Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Atas dasar ini, kedudukan ulama seperti dokter, yakni dokter hati. Maka butuhnya hati terhadap ilmu seperti butuhnya nafas terhadap udara bahkan lebih besar. Ilmu itu bagi hati laksana air bagi ikan, apabila air hilang, maka matilah ikan.
Jadi kedudukan ilmu bagi hati laksana cahaya bagi mata, laksana suara petunjuk bagi telinga. Apabila semua ini hilang, maka hati itu laksana mata yang buta, telinga yang tuli dan lisan yang bisu.
Wallahua’lam.