Buletin Dakwah At-Takhobbar Edisi 172 Tahun IV
"Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya. (QS. Al-Hijr : 20)
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah." (QS. Al-Baqarah : 172)
Islam menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang dipercaya sebagai khalifah, yaitu mengemban amanat Allah untuk memakmurkan kehidupan di dunia (QS. al-An'am 6 : 175 ; Hud 11:61). Untuk itu manusia diberi potensi dan kemampuan lebih dibanding makhluk-makhluk lain dengan cara memanfaatkan potensi alam dan bekerja sebagai sarana untuk mencari keridhaan Allah SWT. Islam juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras dan beramal shaleh, hasil dari pekerjaannya untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. (QS. al-Kahfi 18 : 110) seraya tetap mengikuti petunjuk Allah dan memegang prinsip-prinsip bekerja sesuai dengan kaidah syariah dan ajaran agama Islam.
Ada beberapa tips mencari kerja dalam Islam, yang akan kami uraikan satu persatu, antara lain :
1. Ingat, Setiap Jiwa Tidak akan Mati sampai Sempurna Rezekinya
Kalau sudah ada jaminan demikian, bekerja teruslah bekerja, jangan khawatir dengan jatah rezekinya. Dari Ibnu Mas'ud ra. Nabi SAW, bersabda : "Sesungguhnya ruh Qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya." (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8 : 129 dan Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir 8:166, hadist shahih, Lihat silsilah Al-Ajadits As-Shahihah no. 2866).
Dalam hadits di atas diperintahkan untuk mencari rezeki dengan cara yang halal. Janganlah rezeki tadi dicari dengan cara bermaksiat atau dengan menghalalkan segala cara.
Kenapa ada yang menempuh cara yang haram dalam mencari rezeki? Diantaranya karena sudah putus asa dari rezeki Allah sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas.
2. Cari pekerjaan yang Halal, jauhi yang Haram
Dalam mencari pekerjaan berusahalah untuk menyeleksi pekerjaan. Carilah yang halal dan jauhilah yang haram. Dari Jabir bin 'Abdillah ra, Nabi SAW. Bersabda : "Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Ibnu Majah no. 2144. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Jika cara yang ditempuh adalah cara yang halal, tentu akan berpengaruh pada ampuhnya do'a. Sebaliknya, jika cara yang ditempuh adalah cara yang tidak halal, lihat saja bagaimana akibat buruknya.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW. Bersabda : "Kemudian Nabi SAW. menceritakan tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa : "Wahai Rabbku, wahai Rabbku." Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?" (HR. Muslim no. 1015)
Bahwa doa seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.
Ada yang bertanya lepada Sa'ad bin Abi Waqqash : "Apa yang membuat do'amu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah SAW. lainnya?" "Aku tidaklah memasukkan satu suapan ke dalam mulutku melainkan aku mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar," jawab Sa'ad. "Siapa yang berharap do'anya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya." (Dinukil dari Jaami'ul 'Ulum wal Hikam, 1:275-276)
3. Cari Berkah dalam Pekerjaan, Bukan Besarnya Gaji.
Ada sahabat yang pernah bertanya pada Nabi SAW. : "Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?" Beliau bersabda : "Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi)." (HR. Ahmad 4:141, hasan lighoirihi)
Disini para sahabat tidak bertanya manakah pekerjaan yang paling banyak penghasilannya. Namun yang mereka tanya adalah manakah yang paling thoyyib (diberkahi). Sehingga dari sini kita tahu bahwa tujuan dalam mencari rezeki adalah mencari yang paling berkah, bukan mencari manakah pekerjaan yang penghasilannya paling besar. Karena penghasilan yang besar belum tentu berkah.
4. Jauhilah Diri dari Pekerjaan Meminta-Minta
Dari 'Abdullah bin 'Umar ra, ia berkata bahwa Rasul SAW. bersabda : "Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya." (HR. Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1040)
Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda : "Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api." (HR. Ahmad 4:165)
Perlu dipahami bahwa hanya tiga orang yang diperbolehkan meminta-minta sebagaimana disebutkan dalam Hadits Qabishah, dimana Rasulullah SAW. bersabda : "Wahai Qabishah, sesunggunnya meminta-minta itu tidak halal kecuali untuk tiga orang : (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya. (2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya berkata, 'Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan', maka boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah adalah haram dan orang yang memakannya berarti memakan harta yang haram." (HR. Muslim no. 1044)
5. Cari Pekerjaan yang Tidak Menyengsarakan Orang Lain.
Ada salah satu pekerjaan yang terlarang yaitu menimbun barang sehingga mematikan stok barang di pasaran, terutama untuk barang kebutuhan pokok yang diperlukan masyarakat banyak. Dalam hadits disebutkan : "Tidak boleh menimbun barang, jika tidak maka ia termasuk orang yang berdosa." (HR. Muslim no. 1605)
Apa hikmah terlarangnya menimbun barang? Imam Nawawi berkata, "Hikmag terlarangnya menimbun barang karena dapat menimbulkan mudharay bagi khalayak ramai." (Syarh Shahih Muslim, 11:43)
Pekerjaan yang lain yang menyengsarakan orang lain adalah riba atau rentenir. Islam dengan tegas dan keras melarang perbuatan terkutuk ini, dan mengecam para pelakunya akan dijadikan penghuni neraka selama-lamanya. Lebih jauh lagi, Islam menyamakan derajat pelakunya sama dengan orang-orang kafir. Allah SWT telah berfirman "275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS. Al-Baqarah : 275-276)
Ulama menyepakati, "Setiap utang piutang yang di dalamnya meraup keuntungan (ada manfaat yang diambil), maka itu adalah riba."
6. Banyak Do'a Supaya dapat Rezeki yang Halal
Cobalah terus meminta kepada Allah untuk mendapatkan pekerjaan yang halal sebagaimana Nabi SAW. ajarkan doa berikut ini : "Allahumak-finii bi halaalika 'an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika 'amman siwaak" [Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang Halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At-Tirmidzi dan Syaikh Al-Albani).
Wallahu A'lamu bish Shawab.