Kamis, 12 Januari 2017

SERIUS DALAM BERAGAMA

Oleh: DR.KH. Imam Mawardi, M.Ag

Manusia diciptakan tidak untuk sia-sia, tetapi dicipta memiliki tujuan utama. Tapi banyak manusia yang lupa, bahkan tidak tahu apa tujuan hidup kita, sehingga menghabiskan waktu dalam kehidupan dunianya dengan santai tanpa nilai dan tanpa makna. Apa sesungguhnya tujuan Allah menciptakan manusia?
Ulama bermacam-macam dalam mengkaji ayat Alquran dan hadis Rasul tentang tujuan-tujuan itu. Hari ini saya akan menyampaikan tiga tujuan pokok manusia diciptakan. Ketika manusia melaksanakan tujuan pokoknya, hidupnya berada pada jaminan Allah, tetapi jika manusia melalaikan tujuan pokoknya, maka hidupnya akan menderita. Tugas hidup manusia tersebut, pertama, at tauhiid (mengesakan Tuhan)/ibadah. (Q.S.AdzDzariyaat(51)56).

Tugas manusia adalah menyembah Allah, mengesakan Allah, mengabdi kepada Allah. Siapa yang mengabdi kepada Allah SWT, maka kehidupannya berada dalam jaminan Allah SWT. Ulama-ulama jaman dahulu, ada yang kaya ada yang miskin, tetapi kedua-duanya adalah orang yang bahagia menikmati hidup. Tetapi kita bisa lihat orang sekarang, sudah kaya raya, di penuhi oleh Allah segala kehidupannya, tetapi ternyata mereka gelisah dan kebingungan. Yang kaya bingung, apalagi yang miskin, tambah bingung. Kenapa bingung? Karena ada sesuatu yang hilang dalam diri nya. Yakni agama telah hilang dari dirinya. 

Seorang sahabat wanita yang bernama Nusaibah binti Ka’ab Al Anshariyah. Ketika kaum Muslimin dilanda kekacauan karena para pemanah di atas bukit melanggar perintah Rasulullah, nyawa beliau berada dalam bahaya. Ketika melihat Rasulullah menangkis berbagai serangan musuh sendirian, Nusaibah segera mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan lainnya membentuk pertahanan untuk melindungi beliau.

Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika itu Nusaibah berperang penuh keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika membela Rasulullah. Saat itu Nusaibah menderita luka-luka di sekujur tubuhnya . Sedikitnya ada sekitar 12 luka ditubuhnya, dengan luka di leher yang paling parah. Namun hebatnya, Nusaibah tidak pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih.

Ketika Rasulullah melihat Nusaibah terluka, beliau bersabda,”Wahai Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabat ku di dalam surga.”

Mendengar doa Rasulullah, Nusaibah tidak lagi menghiraukan luka di tubuhnya dan terus berperang, membela Rasulullah dan Agama Allah. “Aku telah meninggalkan urusan duniawi,” ujarnya.

Dalam sejarah isalam, Nusaibah juga disebut-sebut sebagai seorang wanita yang memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Ketika salah seorang putranya syahid dalam sebuah pertempuran, Nusaibah menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah. Ia menerima berita kematian anaknya dengan penuh serta kebanggaan.

Setelah Rasulullah SAW wafat, sebagian kaum Muslimin kembali murtad dan enggan berzakat. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq segera membentuk pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah Al-Kadzdzab dan menunjuk Habib, putra Nusaibah , sebagai utusannya.

Namun, Musailamah menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan putranya, Abdullah, ikut memerangi Musailamah hingga tewas di tangan mereka berdua.

Beberapa tahun setelah perang Yamamah, Nusaibah meninggal dunia. Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah dengan curahan rahmat-Nya yang luas, menyambutnya dengan keridhaan, serta memuliakan kedudukannya.

Itulah keseriusan beragama, perjuangan untuk islam. Kalau kita hanya berjalan dengan santai menikmati keindahan alam yang diciptakan Allah, tetapi tidak pernah tergerak hati untuk agama Allah, lantas di mana kita akan memposisikan diri kita nanti dihadapan Allah?

Kedua, al’imaarah (memakmurkan) dunia. Kita diciptakan Allah untuk membangun dan mendamaikan dunia ini. Tidak untuk merusaknya. Siapa yang kemudian merusak alam, dia sungguh telah menyalahi tugas dari Allah SWT. (Q.S. Hud (11):61).

Allah yang telah menciptakan manusia untuk memakmurkan dan memelihara alam. Mereka yang merusak lautan, mereka yang merusak hutan, mereka mencemarkan lingkungan, merekalah orang yang menyalahi tugas sebagai manusia. Dan orang yang menyalahi tugas, akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan pemberi tugas itu. Tidak ada orang yang bahagia ketika dia telah menyalahi tugas utama sebagai makhluk yang diciptakan di muka bumi ini.

Ketiga, tazkiyah (membersihkan diri). Membersihkan diri, kerbersihan hati adalah awal dari segalanya.( Q.S. Asy Syams:7-8).

Ulama mengatakan :”Berbuatlah engkau untuk duniamu sekedar sebatas engkau hidup di dunia ini, dan berbuatlah untuk akhiratmu sebatas engkau lama tinggalnya di akhirat kelak”. Di akhirat abadi, seharusnya kita prioritaskan untuk kehidupan akhirat. (Q.S.Adh dhuha (93):4).