Oleh: DR.KH. Imam Mawardi, M.Ag
Manusia
diciptakan tidak untuk sia-sia, tetapi dicipta memiliki tujuan utama. Tapi
banyak manusia yang lupa, bahkan tidak tahu apa tujuan hidup kita, sehingga menghabiskan
waktu dalam kehidupan dunianya dengan santai tanpa nilai dan tanpa makna. Apa
sesungguhnya tujuan Allah menciptakan manusia?
Ulama bermacam-macam dalam
mengkaji ayat Alquran dan hadis Rasul tentang tujuan-tujuan itu. Hari ini saya
akan menyampaikan tiga tujuan pokok manusia diciptakan. Ketika manusia
melaksanakan tujuan pokoknya, hidupnya berada pada jaminan Allah, tetapi jika
manusia melalaikan tujuan pokoknya, maka hidupnya akan menderita. Tugas hidup
manusia tersebut, pertama, at tauhiid (mengesakan Tuhan)/ibadah. (Q.S.AdzDzariyaat(51)56).
Tugas manusia adalah menyembah Allah, mengesakan Allah,
mengabdi kepada Allah. Siapa yang mengabdi kepada Allah SWT, maka kehidupannya
berada dalam jaminan Allah SWT. Ulama-ulama jaman dahulu, ada yang kaya ada
yang miskin, tetapi kedua-duanya adalah orang yang bahagia menikmati hidup.
Tetapi kita bisa lihat orang sekarang, sudah kaya raya, di penuhi oleh Allah
segala kehidupannya, tetapi ternyata mereka gelisah dan kebingungan. Yang kaya
bingung, apalagi yang miskin, tambah bingung. Kenapa bingung? Karena ada
sesuatu yang hilang dalam diri nya. Yakni agama telah hilang dari dirinya.
Seorang sahabat wanita yang bernama Nusaibah binti Ka’ab Al Anshariyah. Ketika
kaum Muslimin dilanda kekacauan karena para pemanah di atas bukit melanggar
perintah Rasulullah, nyawa beliau berada dalam bahaya. Ketika melihat
Rasulullah menangkis berbagai serangan musuh sendirian, Nusaibah segera
mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan lainnya membentuk pertahanan untuk
melindungi beliau.
Dalam
berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika itu Nusaibah berperang penuh
keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika membela Rasulullah. Saat
itu Nusaibah menderita luka-luka di sekujur tubuhnya . Sedikitnya ada sekitar
12 luka ditubuhnya, dengan luka di leher yang paling parah. Namun hebatnya,
Nusaibah tidak pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih.
Ketika
Rasulullah melihat Nusaibah terluka, beliau bersabda,”Wahai Abdullah (putra
Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya
sebagai sahabat ku di dalam surga.”
Mendengar
doa Rasulullah, Nusaibah tidak lagi menghiraukan luka di tubuhnya dan terus
berperang, membela Rasulullah dan Agama Allah. “Aku telah meninggalkan urusan
duniawi,” ujarnya.
Dalam
sejarah isalam, Nusaibah juga disebut-sebut sebagai seorang wanita yang
memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain.
Ketika salah seorang putranya syahid dalam sebuah pertempuran, Nusaibah
menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapatkan kedudukan tinggi
di sisi Allah. Ia menerima berita kematian anaknya dengan penuh serta
kebanggaan.
Setelah
Rasulullah SAW wafat, sebagian kaum Muslimin kembali murtad dan enggan
berzakat. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq segera membentuk pasukan untuk
memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah Al-Kadzdzab dan
menunjuk Habib, putra Nusaibah , sebagai utusannya.
Namun,
Musailamah menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu persatu sampai
syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Pada
Perang Yamamah, Nusaibah dan putranya, Abdullah, ikut memerangi Musailamah
hingga tewas di tangan mereka berdua.
Beberapa
tahun setelah perang Yamamah, Nusaibah meninggal dunia. Semoga Allah
mencurahkan rahmat kepada Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah dengan curahan
rahmat-Nya yang luas, menyambutnya dengan keridhaan, serta memuliakan
kedudukannya.
Itulah
keseriusan beragama, perjuangan untuk islam. Kalau kita hanya berjalan dengan
santai menikmati keindahan alam yang diciptakan Allah, tetapi tidak pernah
tergerak hati untuk agama Allah, lantas di mana kita akan memposisikan diri
kita nanti dihadapan Allah?
Kedua,
al’imaarah (memakmurkan) dunia. Kita diciptakan Allah untuk membangun dan
mendamaikan dunia ini. Tidak untuk merusaknya. Siapa yang kemudian merusak
alam, dia sungguh telah menyalahi tugas dari Allah SWT. (Q.S. Hud (11):61).
Allah yang
telah menciptakan manusia untuk memakmurkan dan memelihara alam. Mereka yang
merusak lautan, mereka yang merusak hutan, mereka mencemarkan lingkungan,
merekalah orang yang menyalahi tugas sebagai manusia. Dan orang yang menyalahi
tugas, akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan pemberi tugas itu. Tidak ada
orang yang bahagia ketika dia telah menyalahi tugas utama sebagai makhluk yang
diciptakan di muka bumi ini.
Ketiga,
tazkiyah (membersihkan diri). Membersihkan diri, kerbersihan hati adalah awal
dari segalanya.( Q.S. Asy Syams:7-8).
Ulama
mengatakan :”Berbuatlah engkau untuk duniamu sekedar sebatas engkau hidup di dunia
ini, dan berbuatlah untuk akhiratmu sebatas engkau lama tinggalnya di akhirat
kelak”. Di akhirat abadi, seharusnya kita prioritaskan untuk kehidupan akhirat.
(Q.S.Adh dhuha (93):4).