Jumat, 22 Mei 2015

Membiasakan Hati Dengan Sifat Sabar


Kesabaran merupakan salah satu sikap mulia yang sangat dibutuhkan setiap muslim dalam kehidupannya di dunia ini. Setiap aktivitas dan tekad yang akan dijalankannya harus di bangun di atas prinsip yang satu ini. Jika tidak, maka hidupnya akan terombang - ambing tak tentu arah. Dalam mengarungi bahtera kehidupan, seseorang harus membiasakan diri untuk menghadapi segala yang tidak ia kehendaki tanpa rasa panik dan kalut. Ia juga harus melatih diri untuk bersabar menunggu hasil dari suatu pekerjaan sekalipun lama,
sebagaimana tetap berusaha memikul beban yang seberat apa pun dengan hati yang tenang dan pikiran yang lapang. Dengan kata lain, setiap muslim mesti tetap memiliki keyakinan diri yang tinggi dan ketahanan mental yang mantap, tidak goyah melihat mendung tebal menghadang di ujung jalan, tetapi tetap yakin bahwa saat yang membahagiakan suatu hari pasti akan datang, namun tanpa terburu-buru mengharapkan kehadirannya.

Salah satu contoh hikmah dari buah kesabaran salah satu sahabat yang hidup pada zaman masa kekhalifahan Utsman bin Affan ra. "Suatu hari, Urwah menemui Walid bin Abdul Malik bersama anaknya, Muhammad, yang merupakan seorang pemuda yang sangat tampan. Suatu hari, Muhammad datang menemui Walid dengan memakai baju yang di bagian tengahnya dihiasi bordiran dengan benang emas. Hal itu membuat Walid sedikit iri sehingga kemudian menyindirnya seraya berkata, "Seperti inikah seorang pemuda Quraisy harus berpakaian?" Setelah duduk bersama beberapa lama, Muhammad pamit dan keluar dari rumah Walid dalam keadaan mengantuk. Tanpa disadarinya, Ia tiba-tiba telah masuk ke dalam sebuah kandang. Unta-unta dan kuda-kuda yang ada di sana lantas menginjak-injak tubuh Muhammad hingga tewas.

Setelah kematian anaknya itu, Urwah juga terkena penyakit di kakinya. Penyakit itu bisa menggerogoti daging serta bisa menjalar ke bagian tubuh yang lain. Walid lalu mengutus beberapa tabib untuk mengobatinya. Setelah memeriksa keadaan kakinya, para tabib tersebut lantas menyarankan Urwah agar kakinya dipotong karena jika tidak maka kumannya akan menjalar ke bagian tubuh yang lain sehingga dapar membawa pada kematian. Urwah lantas mempersilahkan mereka untuk mengamputasi kakinya. Para tabib itu kemudian memotong kakinya dengan alat gergaji. Ketika gergaji itu sampai ke tulang, Urwah menyandarkan kepalanya ke bantal beberapa saat sebelum akhirnya jatuh pingsan. Ketika sadar kembali, peluh telah membanjiri mukannya sementara mulutnya tidak henti-hentinya berdzikir dan bertakbir.

Setelah operasi tersebut selesai, Urwah kemudian mengambil potongan kakinya tersebut lantas membalik-balikannya di tangan seraya berkata, "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui bahwa atau tempat - tempat yang tidak diridhai - Nya". Urwah selanjutnya meminta agar potongan kaki itu dimandikan, diberi wewangian serta di balut dengan kain untuk kemudian dikuburkan di pekuburan Umat Islam. Ketika ia kembali lagi ke Madinah, keluarga dan sanak saudaranya segera berdatangan untuk menjenguk dan menyampaikan kedukaan kepadanya agat tetap sabar. Akan tetapi dalam kesempatan itu, Urwah hanya mengucapkan sepenggal firman Allah SWT, ".... Sungguh kita telah merasa letih karena penjalanan kita ini."

Lebih lanjut juga bahwa ketika para tabib telah bersiap - siap memotong kakinya, mereka (tabib) pun sempat berkata kepada Urwah, "Bagaimana kalau kami berikan minuman penenang kepadamu agar engkau tidak merasa kesakitan." Akan tetapi, justeru jawaban Urwah ketika itu adalah, "Sesungguhnya Allah SWT tengah menguji saya untuk melihat sejauh mana kesabaran saya. Oleh karena itu kenapa saya harus menghindar dari ketentuan-Nya itu?" Hal inilah salah satu nilai kesabaran yang bisa kita contoh dan kita aplikasikan dalam kehidupan sekarang. Bagaimana ketabahan dan ketegaran Urwah dalam menghadapi sebuah permasalahan yang begitu pelik dan rumit, dimana kakinya harus diamputasi karena sebuah penyakit kronis.

Di dalam Al-Qur'an, Allah SWT telah menegaskan bahwa datangnya musibah dan cobaan merupakan suatu kemestian yang tidak mungkin dihindari. Allah berfirman dalam Surah Muhammad Ayat 31 yang artinya, "Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) perihalmu."

Penegasan di atas disampaikan Allah SWT agar manusia biasa mempersiapkan diri untuk menghadapi kesulitan yang telah diprediksi kegiatannya. Dengan demikian, mereka tidak akan dikagetkan sehingga bersikap lemah dan menyerah. Tidak diragukan lagi bahwa menghadapi sesuatu yang telah diprediksi kedatangannya dengan persiapan yang sempurna serta hati dan pikiran yang lapang adalah sangat penting. Hal itu juga akan sangat membantu untuk menata kehidupan secara lebih teratur dan rapi. Orang-orang yang bersabar akan selalu bersama Allah SWT. Mereka akan sampai pada kebahagian dunia dan akhirat serta mendapatkan kemenangan lahir dan batin. 

Allah SWT juga menegaskan kecintaannya terhadap orang-orang penyabar. Dalam firman di bawah ini Allah SWT menginfromasi bahwa orang-orang sabar mendapatkan tiga keuntungan, masing-masing berisi kebaikan yang berlimpang yang dikejar-kejar oleh seluruh penghuni muka bumi ini. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah 155-157, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : "Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Dalam konteks kehidupan, kesabaran yang terbesar adalah sabar dalam menahan diri dari melampiaskan syahwat dan berlarut-larut dalam melakukannya. Hal ini sangat sulit dihindari oleh kebanyakan orang-orang sebagai ummatnya Nabi Muhammad SAW, karena syaitan akan masuk ke dalam pikiran manusia dari berbagai arah. Apalagi juga dalam lingkungan kita sendiri, derajat kesabaran yang tak kalah besarnya adalah sabar bila kita diganggu oleh seseorang dengan perkataan atau perbuatan. Dalam sebuah kitab yang sering dipakai rujukan para Ulama', Kitab Ihya' Ulumuddin, di dalam bab 22 mengenai kesabaran dijelaskan ada kutipan seorang Sahabat Rasulullah SAW, "Kami tidak mengganggap iman seorang sebagai iman bila ia tidak sabar saat menghadapi gangguan."

Allah Ta'ala telah berfirman dalam Surah Ibrahim Ayat 12, "Dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri."

Kesabaran itu terkadang dilakukan atas terjadinya perbuatan itu dengan menahannya dan terkadang sabar dari pembalasannya setelah itu. Kedua hal ini lah yang menunjukkan kesempurnaan iman dalam hati. Bahkan Ibnu Abbas ra. berkata, "Kesabaran dalam Al-Qur'an ada tiga macam, yaitu kesabaran untuk menunaikan kewajiban - kewajiban karena Allah Ta'ala dan ia mempunyai 300 derajat, kesabaran untuk tidak melanggar larangan-larangan Allah Ta'ala dan ia mempunyai 600 derajat, dan kesabaran dalam menghadapi musibah pada pukulan pertama dan ia mempunyai 900 derajat". Maka hakikat kesabaran yang sebenarnya dalam kehidupan ini bisa dimulai dengan selalu membiasakan diri kita dengan sifat sabar. Semoga kita umat Rasulullah SAW selalu dinaungi sifat kesabaran dalam menjalani zaman akhir ini dan akhirnya diselamatkan oleh Allah kelak di hari akhir. 

Amin Ya Robbal Alamin. Wallahua'lam

Sumber : As Salam - Buletin Jum'at