Oleh Dr. H. Ladzi Safrani, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya
Amal hamba yang pertama diperiksa pada hari kiamat adalah shalat. Jika sempurna shalatnya maka sempurna amal yang lainnya. (HR Ahmad). Shalat adalah tolak ukur utama untuk menentukan bagus tidaknya amalan seseorang, begitu kurang lebih maksud sabda Rasul SAW tersebut.
Sebagai ibadah wajib, shalat berbeda dengan ibadah yang lainnya. Dalam Al-Qur'an kata perintah yang dipakai oleh Allah untuk mewajibkan perintah shalat memakai kata iqoma yang artinya
tegakkan. Kata tegak di sini mengandung pengertian bahwa shalat tidak berhenti pada pelaksanaannya saja, lebih dari itu adalah mewujudkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karena, shalat pada dasarnya miniatur kehidupan orang beriman.
tegakkan. Kata tegak di sini mengandung pengertian bahwa shalat tidak berhenti pada pelaksanaannya saja, lebih dari itu adalah mewujudkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karena, shalat pada dasarnya miniatur kehidupan orang beriman.
Shalat termasuk ibadah ritual yang tidak dapat dipisahkan dengan masalah sosial. Baik tidaknya shalat seseorang tidak hanya dinilai dari segi teknisnya (kaifiyah) saja, tapi juga perilaku sosialnya. Firman Allah : Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan mungkar (QS Al-Ankabut [29] : 45). Bahkan, Allah mencela orang yang shalat tapi perliakunya buruk. Firman Allah, "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya' dan enggan memberi dengan barang berguna." (QS Al Ma'un [107] : 4-5). Kalau selama ini kita mengerjakan shalat tapi perilaku sosial kita belum baik, itu artinya kita belum termasuk dalam kategori menegakkan shalat.
Budaya jam karet yang masih subur dan rendahnya disiplin di kalangan orang islam, tidak sejalan dengan ajaran shalat yang lebih utama dilakukan di awal waktu. Makin suburnya individualisme, hedonisme dan pudarnya rasa kegotongroyongan sangat bertolak belakang dengan ajaran shalat yang lebih diutamakan dikerjakan dengan berjama'ah.
Shalat sangat ditekankan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan berjamaah. Perbandingan pahala shalat berjama'ah dengan shalat sendirian satu berbanding dua puluh tujuh.
Shalat bila di tegakkan dengan benar, juga akan membuat jiwa-jiwa menjadi tenang dan tenteram. "Bahwasanya manusia dijadikan berkeluh kesah, apabila ditimpa kesukaran ia gundah, dan apabila mendapat kebaikan ia kikir, kecuali orang-orang yang shalat. (QS Al Maarij [70] : 19-22).
Shalat merupakan kewajiban yang perintahnya langsung disampaikan oleh Allah melalui Nabi Muhammad SAW. Shalat merupakan komunikasi langsung dengan Sang Khaliq (pencipta). Karena itulah, maka shlalat tidak boleh ditinggalkan oleh setiap individu, atau yang istilah fiqihnya fardhu'ain.
Menurut Prof. DR Hasby Ashidiqie, muslim di Indonesia dibagi menjadi 3, pertama, mengaku muslim, tetapi tidak melakukan shalat. Kedua, mengaku muslim, tetapi kadang-kadang shalat kadang-kadang meninggalkannya. Ketiga, mengaku muslim, dan juga melakukan shalat secara istiqamah.
Allah berfirman dalam surah Thahaa [20] : 14, maknanya : "Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku"
Ketika seseorang dalam hidupnya dihiasi dengan dzikir (ingat) kepada Allah, maka dalam hidup dan kehidupannya akan dibimbing oleh Allah SWT. Jika hidup ini dibimbing oleh Allah SWT, maka dampaknya hidup akan teratur, selalu mendapat rahmat dan lindungan Allah. Walhasil, akan menjadi seorang yang disebut dengan qolbin salim (hati yang damai).
Shalat menjadi indikator yang jelas dan nyata antar mukmin dan kafir. Marilah menjadikan shalat menjadi kebutuhan, bukan hanya sekedar menunaikan kewajiban. Karena kita memang butuh untuk melakukan shalat, karena dampaknya akan kita rasakan.
Rasulullah SAW bersabda : man shalla shalawatil khomsa ma'al jamaa'atii falahu khomsata asy'yaa' (barang siapa melakukan shalat lima waktu dengan berjama'ah maka baginya akan mendapatkan lima perkara). Pertama, laa yushiibuhu faqrun fiddunya (tidak ditimpakan kefakiran di dunia). Kedua, yarfa'ullahu 'adzaabal qabr (diselamatkan oleh Allah dari adzab kubur). Ketiga, yu'thaa kitaabahu biyamiinihi (ketika diberikan catatan amal di akhirat akan diterima dengan tangan kanan). Keempat, yamurru 'alash shiraath kalbarqil khatif (ketika akan menyeberang di atas jembatan di akhirat, secepat kilat menyambar). Kelima, yadkhulullah fil jannah bilaa hisaab in walaa 'adzaabin (dia akan dimasukkan ke surga, dengan baik tidak dihisab dan tidak di adzab).