Jumat, 05 Juni 2015

Birrul Walidain : Kunci Sukses Kehidupan


وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS Luqman (31:14))

Pengertian Birrul Walidain

Birrul Walidain (Arab : بِرِّ الْوَالِدَيْنِ ) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukkan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Berbuat baik terhadap orang tua (birrul walidain) dapat dilakukan dengan memberi kebaikan atau berkhidmat kepada keduanya serta mentaati perintahnya (kecuali yang maksiat) dan mendo'akannya apabila keduanya telah wafat. Ibu dan bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapat kebaikan dan penghormatan dari anaknya. Yang mana berbakti kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah.

Birrul Walidain merupakan bentuk silaturahim yang paling utama. Islam sangat perhatian mengenai masalah ini, sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi. 

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS Al-Israa (17:23))

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak." (QS An Nisa' : 36)

Kedudukan Birrul Walidain

Pengulangan perintah yang digandengkan dengan ayat perintah untuk mentauhidkan Allah menunjukkan begitu pentingnya kedudukan berbakti terhadap kedua orang tua di dalam Islam. Allah meletakkan hak orang tia (untuk dibaktikan) setelah hak Allah (untuk diibadahi) sebagaimana telah disebutkan dalam QS An Nisa : 36 dan QS Al Isra : 23.

Kedudukan dan hak seorang ibu untuk diberikan bakti oleh seorang anak adalah lebih tinggi; tiga berbanding satu dibandingkan hak seorang ayah, padahal hak seorang Ayah terhadap anaknya sangat besar.

Dari Abu Hurairah ia berkata: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah, siapa manusia yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Dia menjawab,"Ibumu", ia berkata lagi, "kemudian siapa lagi?" Dia menjawab, "Ibumu", ia pun berkata lagi, "kemudian siapa lagi?" Dia menjawab, "Ibumu", Ia pun berkata lagi, "kemudian siapa lagi?" Dia menjawab, "bapakmu". (HR Bukhari; 5971, Muslim; 2548)

Berkata Imam Al-Qurthubi: "Termasuk 'Uquq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelesihi/menentang keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al-Birr (Berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian apabila apa yang mereke perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/disunahkan). (Al-Jami' Li Ahkamil Qur'an Jilid 6 hal. 238)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Zaadul Musaafir bahwa Abu Bakar berkata: "Barang siapa yang menyebabkan orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang) kembali". (Ghadzaul Albab 1/382)

Di dalam keterangan lain, Nabi SAW. pernah menyampaikan: "Surga itu dibawah telapak kaki Ibu". Siapa yang ingin mendapatkan surga (kebahagiaan dan keberhasilan), hendaknya berbakti kepada orang tua. Jika dianalogikan dalam kajian linguistik, surga yang dimaksud dalam hadist di atas bisa berarti surga sesungguhnya (hakiki). Atau surga dunia yang berarti kebahagiaan, kedamaian, ketentraman, serta kesejahteraan. Artinya, kebahagiaan di dunia dapat diperoleh dengan mudah, yang kemudian berlangsung di akhirat.


Terkait dengan kedudukan orang tua di sisi Allah SWT, Al-Qur'an banyak menginformasikan seputar balasan orang yang berbuat baik kepada orang tua. Dan juga larangan dan ancaman terhadap anak yang bersikap tidak sopan (menyakiti) orang tua (uququl walidain). Baik dalam bentuk ucapan, perilaku, atau dalam pelayanan. Ketika seorang anak dengan sengaja menelantarkan ayah ibunya, atau terang-terangan menyakiti, Tuhan-pun langsung menjawabnya. Tidak aneh, jika Nabi SAW. kemudian mengatakan dalam keterangan: "Ridha Allah SWT. itu terletak pada ridha-Nya, dan murka Allah SWT. terletak pada murka-Nya.

Pernyataan Nabi sangat beralasan, mengingat orang tua adalah orang yang paling berjasa yang tidak mungkin tergantikan oleh siapapun. Jadi, menyakiti orang tua sama dengan menyakiti Allah SWT. Menyenangkan hati orang tua, sama dengan menyenangkan Allah SWT.

Birrul Walidain: Kunci Sukses

Pada bulan suci Ramdhan, ketika Nabi SAW. naik mimbar, tiba-tiba beliau SAW. mengucapkan. "Amin" tiga kali. Setelah rampung berkhutbah, seorang sahabat menghampiri dan menanyakan, maksud "Amin" padahal tidak ada seorang-pun yang berdo'a waktu itu. Akhirnya, Nabi SAW. menjawab kalau waktu itu Jibril berdo'a. Salah satu do'anya ialah: "Celaka sekali...celaka sekali..celaka sekali bagi orang yang memiliki kedua orang tua yang sudah renta, tetapi tidak mendapatkan surga (HR. Muslim)

Hadist ini merupakan bentuk sindiran bagianak yang memiliki orang tua, tetapi hidupnya penuh derita. Barangkali, pelayanan terhadap kedua orang tua kurang, atau sering menelantarkan, bahkan terlalu sering menyakiti. Dengan begitu, setiap langkah kaki, selalu mendapatkan kesulitan dan rintangan. Bahkan, tidak sedikit orang cerdas, tetapi hidupnya mengenaskan. Ternyata, selama hidupnya paling sering menyakiti kedua orang tua dan tidak pernah membahagiakan. Orang tua, khususnya Ibu, walaupun disakiti, tidak pernah mendo'akan negatif. Justru do'anya selalu positif. Tapi, dalam hukum fisika, aksi negatif yang dilakukan anak, secara otomatis akan melahirkan murka Allah SWT. Untuk itu, sudah seharusnya sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, kita meminta restu kepada orang tua setiap akan melangkah. Dengan begitu, Allah SWT juga kan meridhai setiap langkah kaki kita menuju kesuksesan dalam hidup dan kehidupan.

Tulisan ini menjelaskan betapa pentingnya memperhatikan kedua orang tua, agar semua aktifitas mendapatkan ridha-Nya. Sekaligus ajarkan kepada semua, agar kita maksimal di dalam membahagiakan kedua orang tua, seperti: keberhasilan ekonomi, dakwah, akademis, politik, dan intelektual. Semua itu tidak lepas dari do'a kedua orang tua. Bisa jadi, ketika menjadi mahasiswa, atau masih sekolah tidak menonjol prestasinya bahkan di bawah standard, namun do'a orang tua setiap malam mengantarkan kesuksesan intelektual dan financial serta kesuksesan di bidang lainnya.

The Miracle of Birrul Walidain

Miracle of Birrul Walidain begitu dahsyat dan nyata. Banyak orang sukses dalam dunia akademis, rahasianya ternyata setiap akan berangkat belajar selalu meminta restu kedua orang tuanya. Bahkan, selama belajar mencari sendiri, tanpa merepoti kedua orang tuanya. Bahkan, sering mendapat beasiswa, sehingga bisa memberikan nafkah kepada kedua orang tua. Tidak lain, rahasia kesuksesan di dalam meraih gelar Master dan Doktornya, berkah dari berbakti pada kedua orang tua.

Ada juga yang kaya raya, bahagia dengan istri jelita dengan anak-anak yang shaleh. Ternyata, rahasianya adalah berbakti kepada kedua orang tua. Ia lebih mementingkan keperluan dan kebutuhan kedua orang tua dari pada mementingkan dirinya, bahkan anaknya sendiri. Dia rela menunda menunaikan ibadah haji dan berziarah kepada Rasulullah SAW. di kota Madinah, karena kedua orang tua belum. Ia baru berani menginjakkan kakinya ke tanah suci, setelah berhasil menghajikan kedua orang tuanya.

Meminjam istilah yang sering digunakan orang-orang sukses: "Sejauh mana kita memperhatikan dan membahagiakan kedua orang tua, sejauh itu pula Allah SWT memperhatikan dan membahagiakan kita".

Anda ingin berhasil ekonomi, kuncinya ada pada orang tua. Anda ingin sukses meraih derajat, pangkat tinggi, kuncinya ada pada do'a orang tua. Dan, Anda ingin berhasil dalam urusan intelektual-pun, peranan do'a seorang ibu akan turut menyertainya. Semoga Allah SWT. memberikan kekuatan dan kesabaran, agar kita bisa maksimal dalam menunaikan kewajiban sebagai seorang anak kepada kedua orang tua, dengan tujuan meraih ridha-Nya. 

Amiin. Wallahu 'Alamu bish Shawab.

Sumber : At Takhobbar, Edisi : 146 Tahun IV / 8 Mei 2015