oleh Prof. DR. H. Burhan Jamaluddin, MA dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya Edisi 233 | 10 Sya'ban 1436H / 29 Mei 2015
1. Yang khatib jelaskan tadi tentang filosofis gerakan sholat. Adakah makna filosofis fentang jumlah rakaat dalam sholat lima waktu?
2. Bagaimana cara melaksanakan sholat dengan khusyu'?
Jawaban :
1. Rasulullah SAW tidak pernah menjelaskan apa makna filosofi jumlah rakaat shalat lima waktu yang berbeda-beda, namun ada ijtihad seorang ulama yang menjelaskan tentang makna filosofi jumlah rakaat dalam shalat. Seperti dalam kitab, Hikmatut Tasyrik wa Falsafatuhu. Dalam kitab tersebut dijelaskan hikmah dari perbedaan roka'at pada shalat 5 waktu adalah sebagai berikut :
Sholat subuh dikerjakan 2 rokaat, hikmahnya adalah karena sholat shubuh dikerjakan setelah bangun dari tidur, dimana orang biasanya masih malas untuk melakukan sesuatu.
Sholat dhuhur dan ashar dikerjakan 4 roka'at, hikmahnya adalah karena kedua sholat tersebut dikerjakan pada saat kemalasan yang ditimbulkan setelah tidur malam sudah hilang, sehingga energinya sudah pulih kembali dan sudah semangat untuk mengerjakan aktifitas.
Sholat maghrib dikerjakan 3 roka'at, hikmahnya adalah karena sholat maghrib dikerjakan pada waktu penghujung hari/ganjil siang hari (witrun nahar) sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan sayyidah A'isyah rodhiyallohu 'anha ; "Pada mulanya diwajibkan shalat dua rakaat untuk orang musafir dan muqim. Setelah Rasulullah menetap di Madinah shalat orang yang mukim ditambah dua rakaat, shalat fajar tetap seperti biasa karena panjang bacaannya dan begitu juga shalat maghrib karena dilaksanakan pada penghujung hari." (Shohih Ibnu Hibban).
Sholat Isya' dikerjakan 4 roka'at, hikmahnya adalah karena biasanya pada malam hari seseorang sudah tidak terlalu memiliki kesibukan sekaligus mengganti kekurangan sholat dimalam hari, sebab dimalam hari hanya diwajibkan 2 kali sholat, sedangkan disiang hari 3 kali sholat.
2. Upaya mencapai khusyu' dalam shalat ada 3 hal, Pertama, menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan keduniaan. Kalau ada pekerjaan yang sifatnya dunia, ditinggalkan, toh nanti juga ada waktu untuk menyelesiakannya. Sehingga saat melakukan shalat tidak ada dalam fikiran tentang keduniaan. Kedua, berusaha memahami makna bacaan shalat itu. Mulut mengucapkan bacaan shalat, hati dan fikiran memahami maknanya. Kalau hal ini terus dilakukan maka tidak ada kesempatan fikiran untuk memikirkan selain bacaan itu. Ketiga, berusaha seakan-akan diawasi oleh Allah ketika melaksanakan Shalat. Jika ketiga cara tersebut bisa ditempuh, insyaa allah khusyu' akan bisa didapatkan.