Jumat, 03 Juli 2015

Makna Sholat, Historis dan Filosofis


oleh Prof. DR. H. Burhan Jamaluddin, MA dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya Edisi 233 | 10 Sya'ban 1436H / 29 Mei 2015

Secara Historis, Shalat yang pertama kali yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dan pengikutnya pada saat di Makkah adalah shalat malam (QS. Al Muzammil [73] : 1-4), maknanya : 1. Hai orang yang berselimut (Muhammad). 2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) 3. (yaitu) seperdunya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. 4. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.


Setelah turun ayat inilah, kemudian Rasulullah SAW mulai menunaikan shalat malam. Ketika turun ayat yang pertama (Al Alaq), karena ayat ini tidak ada perintah untuk melaksanakan shalat, maka dakwah Rasulullah SAW hanya mengajak penduduk Makkah untuk mengakui Allah sebagai Tuhan bukan berhala yang mereka sembah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.

Kemudian satu setengah tahun menjelang hijrah ke Madinah, Allah SWT memanggil Muhammad yang dikenal dengan Isra' Mi'raj untuk menghadapNya dan menerima perintah shalat fardhu yang jumlahnya 5 waktu dalam sehari semalam. Dengan demikian shalat malam tidak menjadi kewajiban lagi dan menjadi sunnah.

Jadi, sejak menerima wahyu sampai menerima kewajiban Shalat kira-kira 8,5 tahun lebih. Demikian panjangnya jarak antara Rasulullah menerima wahyu pertama sebagai tanda kenabian dengan turunnya kewajiban melakukan shalat 5 waktu. Secara filosofis tidak mungkin orang yang belum banyak beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW langsung diperintahkan melaksanakan shalat 5 waktu. Sehingga ajaran syariat islam penerapannya bertahap, dimulai dari disiarkan untuk bertauhid, perintah shalat malam, baru kemudian kewajiban mendirikan shalat lima waktu. Demikian juga syariat Islam lainnya, melalui tahapan-tahapan. Misalnya puasa Ramadhan diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriyah. Begitu juga Haji, menurut historisnya diperintahkan pada tahun 8 Hijriyah, yakni menjelang wafatnya Rasulullah SAW, sehingga beliau melakukan haji hanya satu kali.

Dalam melaksanakan shalat umat Islam diperintahkan untuk melaksanakan tepat waktu. Makna filosofinya saat kita di akhirat dan menghadap Allah nanti di akhirat, kita menginginkan untuk segera dipanggil oleh Allah SWT. Maka ketika adzan dikumandangkan, bersegeralah menuju masjid melaksanakan shalat. Siapa tahu sebelum kita melaksanakan shalat sudah di panggil Allah untuk menghadapNya (mati).

Dalam memulai shalat, dimulai dengan takbiratul ihram, bahwa setelah bertakbir tidak boleh lagi melakukan kegiatan diluar shalat. Lalu mengucapkan takbir "Allahu Akbar", maknanya pengakuan sebagai hamba Allah, bahwa Allah Maha Besar, maka ketika itu, kita hina dihadapan Allah, merasa rendah dihadapan Allah.

Ketika bertakbiratul ihram, diperintahkan untuk mengangkat tangan, maknanya adalah bukti kepasrahan dan ketundukan kita kepada Allah SWT karena manusia di hadapan Allah tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Sama maknanya dengan seorang penjahat di tangkap polisi, maka di hadapan polisi yang menodongkan senjatanya. Seorang penjahat akan mengangkat tangannya, sebagai tanda pasrah dan tunduk kepada yang berwajib itu.

Ruku'. Mengenal Allah melalui hasil ciptaan-Nya. Dalam perjalan hidup, kita menemukan, menyaksikan dan merasakan ber macam-macam hal : tanah, air, gunung, laut, hewan, sistem kehidupan, rantai makanan, rasa sedih, rasa senang, rasa marah, kelahiran, kematian, Nabi, Rosul dll. Ini merupakan bukti bahwa Allah itu Ada sebagai Pencipta dari semua itu. Dan kita tahu apabila tanpa petunjuk para utusan Allah (Nabi dan Rosul) kita tidak akan tahu jika itu semua ciptaan Allah dan dengan para utusan-Nya, kita tahu tujuan hidup serta cara mengisi kehidupan ini agar selamat.

Sujud. Jika berdiri di analogikan dengan perjalanan jasadi, maka sujud dengan kaki dilipat, atau setengah berdiri adalah simbol perjalanan hati (rohani). Dengan sujud hati dan fikiran kita direndahkan serendahnya sebagai tanda ketundukan total pada atas segala kuasa dan kehendak Allah. Menyatukan kehendak Allah dengan Kehendak Kita. 

Attahiyat, pernyataan ikrar. Tahap pemantapan, karena perjalanan hidup itu naik turun dan fitrah manusia tidak lepas dari sifat lupa, maka perlu pemantapan yang di refresh dan diulang untuk semakin kokoh, yaitu dengan Ikrar Syahadat, dengan simbol pengokohan ikrar melalui telunjuk kanan. Sebelum ikrar, memberikan pernghormatan untuk para utusan Allah dan ruh hamba-hamba sholeh (Auliya) yang melalui merekalah ajarannya kita dibimbing ke jalanNya, serta menjadikan mereka menjadi saksi atas Ikrar kita.

Sholawat menjadi pernyataan kebersediaan mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW, dan menempatkannya sebagai pemimpin dalam perjalanan kita. Salam penghormatan kepada Bapak para Nabi (Ibrohim) yang menjadi bapak induk ajaran Tauhid. Kemudian diakhiri dengan permohonan doa dan permohonan perlindungan dari kejahatan tipuan syetan dan Jin agar kita dapat tetap istiqomah dan berhasil mencapai Allah.

Salam adalah ucapan mengakui adanya manusia lain yang sama-sama melakukan perjalanan dalam hidup ini. Menunjukkan bahwa hidup ini tidak sendiri, sehingga hendaknya menyebarkan salam dan berkah kepada sesama untuk saling bahu membahu menegakkan kehidupan yang harmonis (selaras) dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan di bumi. Salam adalah penutup sekaligus awal dari mulainya praktek aplikasi sholat dalam bentuk aktifitas kehidupan di lapangan hingga ke sholat berikutnya. Nah, salam itu symbol dari putaran yang dimulai dari kanan ke kiri dengan poros badan. Jika dihubungkan dengan Hukum Kaidah Tangan Kanan berarti arah energi ke atas, simbolisasi bahwa perjalanan digantungkan pada Allah SWT (di atas) sebagai penjamin keselamatan dalam perjalanan.