Oleh : Dr. H. Zainuddin MZ, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya
Pertanyaan :
Ada seorang yang berpendapat, bahwa adzab kubur dan nikmat
kubur tidak ada, Syafaat Rasulullah SAW juga tidak ada. Bagaimana menurut
ustadz?
Jawaban :
Memang ada yang berpendapat bahwa siksa kubur dan nikmat
kubur. Dia mengaggap tidak ada di Al-Qur’an. Padahal, jujur kita temukan ada 5
ayat Al-Qur’an, yang kalau betul-betul di jelaskan oleh Rasulullah SAW akan
faham. Dari lima ayat itu dua ayat yang bisa dirasiokan. Yang tiga ayat, murni
harus ada penjelasan oleh Rasulullah SAW. Nah, ketika tidak mau menerima
penjelasan dari Rasulullah SAW, ya kita maklumi. Tetapi sebenarnya yang bisa
dirasionalkan sudah ada. Di antara ayat tersebut adalah surah Al-Ghaafir (40:46)
ٱلنَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدْخِلُوٓا۟ ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ ٱلْعَذَابِ
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".
Memahami syafaat seharusnya tidak pertolongan. Karena kalau
dimaknai pertolongan, maka akan bertentangan dengan Al-Qur’an. Karena setiap
manusia di padang mahsyar akan bertanggung jawab sendiri-sendiri. Dalam hadis
yang panjang. Rasulullah menggambarkan, bahwa nanti matahari didekatkan hingga
bercucuran keringat. Manusia pada saat itu berangkat menuju Nabi Adam minta di
doakan, ud’u lana rabbaka yurfina min maqaami haadzaa (Hai Adam, berdoalah
engkau kepada Allah untuk kami , biar kami keluar dari malapetaka seperti ini).
Nabi Adam merasa tidak layak dimintai doa, dan menyarankan untuk pergi ke Nabi
Nuh. Ketika sampai ke Nabi Nuh, beliau juga mengatakan yang sama, lalu
menyarankan ke Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim juga sama jawabnya dan menyarankan untuk ke
Nabi Musa dan seterusnya hingga berakhir ke Nabi Muhammad SAW. Kemudian Nabi
Muhammad tersungkur di hadapan Allah, untuk mendoakan umatnya. Allah berfirman
Irfa’ ra’saka syafi’ syafa’ak (angkat kepalamu hai Muhammad, dan berikan
syafaat mu). Kemudian yang dikatakan Rasulullah : Ummatii, Ummatii, Ummatii
(umatku 3x). Kata Rasulullah, kita adalah umat yang terakhir, tetapi di akhirat
umat yang terdepan ketika di padang Makhsyar. Siapa yang gemar mendoakan
Rasulullah, dia akan mendapatkan doa dari Rasulullah. Siapa yang gemar
berpuasa, nanti puasanya akan mendatangkan doa bagi pelakunya. Bagi yang
membaca Al-Qur’an, nanti akan mendoakan untuk pelakunya.
Jadi, kalau syafaat tidak ada karena benturan dengan Al-Qur’an,
karena dimaknai dengan pertolongan. Tetapi, kalau dimaknai doa, sekian banyak
ayat menunjukkan (QS Thaahaa : 109)
يَوْمَئِذٍ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحْمَٰنُ وَرَضِىَ لَهُۥ قَوْلًا
Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.
Rasulullah SAW bersabda : Inna likulli nabiyyin da’watun
mustajabah, fasta’ khortu da’watii dalam riwayat lain, fastasda’ tu da’watii
syafaa’atan yaumal qiyaamah (setiap nabi dibekali doa yang mustajabah, saya
mohon kepada Allah untuk diakhirkan doa saya, sebagai syafaat bagi umatku besok
di hari kiamat). Kalau dimaknai seperti itu, maka jelas syafaat itu ada, karena
sekian ayat menjelaskan tentang syafaat ini.