DASA Dakwah & Sosial Al-Jihad
Edisi : 047/ Rabiul Awal 1437H
KH. Much Imam Chambali
Mereka yang beruntung
Termasuk orang yang beruntung adalah mereka yang setelah melakukan koreksi dan peninjauan terhadap diri dapat memperbaiki dan meningkatkan potensi kebaikan dalam dirinya, sehingga hari-harinya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pribadi yang bertipe seperti ini akan selalu merasa dirinya rendah hati dan tidak sombong, sebab setelah ia berinstropeksi ia tahu dalam dirinya ada begitu banyak keburukan sehingga ia tidak mudah menjelekkan orang lain, dalam benaknya ia berkeyakinan bahwa ia tidak lebih baik dari orang lain, saat melihat anak kecil ia berkata "hidupnya di dunia belum lama tentu dosanya tidak sebanyak aku yang lebih lama hidup di dunia", saat melihat orang tua ia berkata "hidupnya di dunia sudah lama tentu amal ibadahnya lebih banyak dari pada diriku yang belum lama hidup di dunia", bahkan saat melihat orang kafirpun ia berkata "mungkin ia nanti akan mati dalam Islam sedang akupun mungkin juga mati dalam keadaan kafir". Koreksi diri yang seperti ini akan menjadikan kita pribadi yang beruntung sesuai sabda Nabi SAW.
Mereka yang merugi
Termasuk orang yang merugi adalah mereka yang setelah melakukan instropeksi terhadap diri tidak dapat meningkatkan kebaikannya dan tidak ada upaya perbaikan dan perubahan, sehingga hari-harinya sama seperti hari sebelumnya.
Ibarat orang yang berjualan ia tidak mendapat laba sedikitpun, Rasulullah SAW menilai orang yang seperti ini sebagai orang yang merugi sebab waktu dan tenaga yang telah ia curahkan tidak memberinya satupun kemanfaatan hanya kelelahan yang ia dapat, sudah barang tentu yang seperti ini bagi mereka yang menghargai waktu adalah kerugian besar.
Mereka yang tercela
Termasuk orang yang tercela adalah mereka yang tidak mau melakukan koreksi dan peninjauan terhadap aktivitas amal perbuatan, tidak pula merubahnya, apalagi meningkatkan kebaikan, justru keburukan mereka yang meingkat melebihi kebaikan, sehingga hari-hari mereka lebih buruk dari hari sebelumnya.
Seorang mukmin tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama, pesan Rasulullah SAW tersebut seharusnya bisa menghindarkan kita dari melakukan kesalahan yang sama yang menimbulkan penyesalan tiada dasarnya.
Peningkatan di atas sesuai dengan firman Allah dalam surat Asy Syams ayat 7-10, yang artinya :
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
Kesesuaian antara Al-Qur'an dan hadits dalam hal di atas memang didasari pada fungsi dari hadits sendiri yakni sebagai penjelas dan tabyin dari Al-Qur'an.
Lebih lanjut, dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa sejak penciptaan jiwa manusia yang sesuai dengan fitrahnya, Allah telah mengilhamkan kepada mereka mana jalan keburukan dan mana jalan kebaikan, barang siapa yang dalam hidupnya penuh dengan ketaatan dan ketaqwaan maka dialah orang yang beruntung, namun apabila dalam hidupnya penuh dengan keburukan dan maksiat maka dialah orang yang merugi.
Potensi dalam diri manusia yang berupa keburukan dan kebaikan merupakan hal yang bersifat fluktuatif. Kadang si suatu kesempatan keburukan yang dominan kadang pada kesempatan yang lain kebaikan yang dominan. Maka manusia diberi pilihan untuk menjalani kehidupannya, apakah ia akan memilih kebaikan atau keburukan, semua itu dapat diketahui dengan melihat raport amal perbuatannya, maka sebab itu instropeksi merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebagai sarana perbaikan diri.
Dari keterangan di atas dapat diumpamakan seperti orang yang sedang mencuci pakaian.
Pertama ketika ia tahu pakainnya penuh noda dan ia berusaha untuk membersihkan noda tersebut dan menjaganya agar tidak terkena noda lagi maka ia adalah tipe orang yang beruntung.
Kedua ketika ia tahu ada noda di pakainnya ia tidak berusaha membersihkannya namun hanya menjaga agar noda tersebut tidak bertambah maka tipe orang yang seperti ini adalah orang yang merugi.
Ketiga ketika ia tahu di pakainnya terdapat noda ia tidak berusaha membersihkannya dan tak pula berusaha menjaganya dari noda lain malah noda itu semakin bertambah, maka tipe orang yang seperti ini adalah tipe orang yang tercela.
Betapa Rasulullah SAW benar-benar menginginkan kebaikan bagi umatnya, dengan berwasiat agar selalu menjaga waktu dan kesempatan untuk hal-hal yang baik, sebagaimana kata pepatah "waktu itu seperti pedang yang tajam, jika tidak digunakan dengan semestinya maka pedang itu akan menebasmu". Sebagai wujud rasa kasih sayang beliau kepada umatnya agar tidak menyesal di kemudian hari.
Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW dapat mengambil teladan dari beliau dalam mengarungi kehidupan, salah satunya dalam sehari semalam seyogyanya kita senantiasa melakukan doa waktu pagi dan petang yakni "Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu kebaikan hari ini, kebaikan apapun yang berada di hari ini, kebaikan hari sebelumnya dan kebaikan hari sesudahnya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan hari ini, keburukan apapun yang berada di hari ini, keburukan hari sebelumnya dan keburukan hari sesudahnya". dengan melakukan doa tersebut secara istiqomah semoga hari-hari kita penuh dengan keberkahan dan lebih baik dari hari sebelumnya. Semoga hari esok lebih cerah.
Wallahua'lam