Masjid Al Muhajirin - Pemerintah Kota Surabaya
20 Rabiul Awwal 1437 H
Rasulullah SAW bersabda :
"Akan datang kepada manusia suatu zaman, yaitu seseorang tidak lagi memperdulikan dari mana ia mengambil hartanya, apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram".
(HR. Muslim)
WASIAT TAQWA KEPADA ALLAH SWT.
Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaqwaan. Dan marilah menuntut ilmu karena ilmulah yang telah diwajibkan Allah terhadap diri kita. Yaitu ilmu yang berupa hukum-hukum agama. Dengan begitu kita akan selalu beribadah sesuai dengan yang telah disyari'atkan Allah dan kita akan semakin mampu berpegang teguh dengan agama-Nya. Sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
MENJAGA DIRI DENGAN YANG HALAL
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah SAW, bersabda :
"Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima, kecuali sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum mukminin dengan perintah yang Allah gunakan untuk memerintahkan para rasul. Maka Allah berfirman, "Wahai para rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan beramal shalihah (al-Mu'minun (23) 51)".
"Dan Allah juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah segala sesuatu yang baik, yang telah Kami berikan kepada kalian (al-Baqarah (2) : 172).
"Kemudian Rasulullah menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalanan panjang, kusut rambutnya, kemudian mengangkat tangannya dan mengatakan, "Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku, sedangkan makanannya haram, perutnya diisi dengan sesuatu yang haram, maka bagaimana Kami mengabulkan do'anya?" (HR. Muslim)
Dalam Hadits ini terdapat banyak pelajaran yang bisa kita ambil :
Pertama: Diantara nama Allah adalah "Thayyib". Maksudnya, Allah memiliki sifat-sifat yang baik, suci dari segala kekurangan dan kejelakan, Allah Maha Baik didalam Dzat-Nya, Maha Baik didalam sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, hukum-hukum-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan dalam segala apa yang bersumber dari-Nya. Sehingga apabila melihat nama-nama Allah yang kita ketahui, maka kita mengetahui bahwa semua nama-nama itu indah. Di dalamnya terkandung sifat-sifat yang indah. Sedikitpun tidak kita dapatkan kekurangan didalam nama-nama Allah tersebut.
Allah SWT, berfirman :
"Hanya milik Allah asmaa-ul husna. Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Al-A'raaf 180)
Maksud dari nama-nama dalam ayat ini adalah nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah. Lebih dari pada itu, janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah atau dengan memakai asmaa-ul husna tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau menggunakan asmaa-ul husna untuk nama-nama selain Allah.
Demikian pula didalam sifat-sifat Allah, maka Allah memiliki sifat-sifat yang baik, Allah Maha Mampu, Maha Mendengar, dan sifat-sifat yang baik lainnya yang dimiliki oleh Allah. Dan dalam segala perbuatan Allah, selalu tersimpan hikmah-hikmah yang agung.
Kedua : Karena Allah Maha Baik, maka Dia tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Allah tidak menerima amalan-amalan yang tercampur dengan perbuatan syirik, karena amalan syirik bukanlah amalan yang baik. Demikian pula Allah tidak menerima amalan yang tercampur dengan perbuatan kotor.
Perlu kita ketahui bahwa amalan yang baik bukanlah amalan yang banyak atau amalan yang dipuji oleh manusia, akan tetapi amalan yang baik ialah amalan yang dilakukan dengan ikhlas sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah.
Ia mengatakan bahwa yang paling baik amalnya ialah yang paling benar dan yang paling ikhlas.
Benar apabila seseuai dengan yang dibawa Rasulullah, dan ikhlas apabila hanya dilakukan karena mengharap wajah Allah. Kemudian Hadits ini juga menjelaskan adanya amalan yang diterima dan yang ditolak oleh Allah.
Ketiga : Para Rasul juga diperintahkan dan dilarang oleh Allah, sebagaimana pula kaum Mu'minin. Walaupun mereka adalah orang yang telah diampuni Allah, mereka tetap beribadah kepada Allah. Sebagaimana kita lihat bagaimana Rasulullah SAW. Menegakkan qiyamullail sehingga kedua kakinya bengkak. Ditanyakan kepada beliau, "Mengapakah engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan dosa yang akan datang?". Ditanya seperti ini, bagaimanakah jawab beliau?" Rasulullah SAW Memberikan jawaban menakjubkan ; "Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur".
Begitulah pribadi Rasulullah sebagai suri tauladan bagi kita sampai hari kiamat. Demikian pula dengan para sahabat Rasulullah. Mereka selalu bersemangat dalam beribadah kepada Allah. Bahkan diantara mereka ada yang telah dijamin oleh Allah masuk ke dalam surga. Meskipun demikian, jaminan tersebut tidak menjadikan mereka malas beribadah kepada Allah, tetapi justru membuat mereka lebih bersungguh-sungguh menjalankan syari'at-Nya. Keadaan ini berbeda dengan yang terjadi pada manusia zaman sekarang.
Keempat : Di dalam Hadits ini Rasulullah juga menyebutkan bahwasannya Allah memerintahkan kepada para rasul dan juga kaum mu'minin untuk memakan makanan yang baik. Yaitu makanan yang dihalalkan oleh Allah. Dan dalam mencarinya juga dengan cara yang halal, bukan dengan cara-cara yang dimurkai Allah.
Kemudian Allah memerintahkan agar beramal sholeh, karena amal sholeh merupakan wujud rasa syukur seseorang kepada Allah. Artinya, setelah seseorang diberi karunia dengan mendapatkan makanan yang halal dan didapatkannya dengan cara yang halal, maka sudah sepantasnya ia bersyukur kepada Allah. Yaitu dengan menyandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah dan beramal sholeh.
Kelima : Dari Hadits ini bahwasannya Allah tidak akan mengabulkan do'a seseorang yang didalam diri orang tersebut terisi dengan hal-hal yang diharamkan Allah. Sekalipun ia melakukannya dengan sungguh-sungguh. Mana mungkin Allah akan mengabulkan do'a orang yang perutnya terisi barang-barang haram, makanannya haram, minumannya haram ataupun makanan dan minuman yang halal akan tetapi dicari dengan cara yang haram.
Oleh karena itu, hal ini merupakan sebuah peringatan keras serta ancaman yang berat bagi orang yang tidak mau memperdulikan dari mana ia mendapatkan rezekinya. Patut disesalkan, ternyata masih banyak orang yang bermuamalah dengan muamalah yang haram. Bahkan hanya demi sedikit harta, kemudian rela mencarinya dengan melanggar batasan-batasan Allah SWT.
Kita lihat saat ini, berapa banyak diantara kaum muslimin yang berjual beli dengan sistem riba, ataupun utang-piutang dengan sistem riba? Ingatlah wahai kaum muslimin! Apabila kita masih melakukan perbuatan tersebut, sesungguhnya hanya dosa serta kehinaan yang akan didapatkan.
Kedua : Karena Allah Maha Baik, maka Dia tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Allah tidak menerima amalan-amalan yang tercampur dengan perbuatan syirik, karena amalan syirik bukanlah amalan yang baik. Demikian pula Allah tidak menerima amalan yang tercampur dengan perbuatan kotor.
Perlu kita ketahui bahwa amalan yang baik bukanlah amalan yang banyak atau amalan yang dipuji oleh manusia, akan tetapi amalan yang baik ialah amalan yang dilakukan dengan ikhlas sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah.
Ia mengatakan bahwa yang paling baik amalnya ialah yang paling benar dan yang paling ikhlas.
Benar apabila seseuai dengan yang dibawa Rasulullah, dan ikhlas apabila hanya dilakukan karena mengharap wajah Allah. Kemudian Hadits ini juga menjelaskan adanya amalan yang diterima dan yang ditolak oleh Allah.
Ketiga : Para Rasul juga diperintahkan dan dilarang oleh Allah, sebagaimana pula kaum Mu'minin. Walaupun mereka adalah orang yang telah diampuni Allah, mereka tetap beribadah kepada Allah. Sebagaimana kita lihat bagaimana Rasulullah SAW. Menegakkan qiyamullail sehingga kedua kakinya bengkak. Ditanyakan kepada beliau, "Mengapakah engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan dosa yang akan datang?". Ditanya seperti ini, bagaimanakah jawab beliau?" Rasulullah SAW Memberikan jawaban menakjubkan ; "Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur".
Begitulah pribadi Rasulullah sebagai suri tauladan bagi kita sampai hari kiamat. Demikian pula dengan para sahabat Rasulullah. Mereka selalu bersemangat dalam beribadah kepada Allah. Bahkan diantara mereka ada yang telah dijamin oleh Allah masuk ke dalam surga. Meskipun demikian, jaminan tersebut tidak menjadikan mereka malas beribadah kepada Allah, tetapi justru membuat mereka lebih bersungguh-sungguh menjalankan syari'at-Nya. Keadaan ini berbeda dengan yang terjadi pada manusia zaman sekarang.
Keempat : Di dalam Hadits ini Rasulullah juga menyebutkan bahwasannya Allah memerintahkan kepada para rasul dan juga kaum mu'minin untuk memakan makanan yang baik. Yaitu makanan yang dihalalkan oleh Allah. Dan dalam mencarinya juga dengan cara yang halal, bukan dengan cara-cara yang dimurkai Allah.
Kemudian Allah memerintahkan agar beramal sholeh, karena amal sholeh merupakan wujud rasa syukur seseorang kepada Allah. Artinya, setelah seseorang diberi karunia dengan mendapatkan makanan yang halal dan didapatkannya dengan cara yang halal, maka sudah sepantasnya ia bersyukur kepada Allah. Yaitu dengan menyandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah dan beramal sholeh.
Kelima : Dari Hadits ini bahwasannya Allah tidak akan mengabulkan do'a seseorang yang didalam diri orang tersebut terisi dengan hal-hal yang diharamkan Allah. Sekalipun ia melakukannya dengan sungguh-sungguh. Mana mungkin Allah akan mengabulkan do'a orang yang perutnya terisi barang-barang haram, makanannya haram, minumannya haram ataupun makanan dan minuman yang halal akan tetapi dicari dengan cara yang haram.
Oleh karena itu, hal ini merupakan sebuah peringatan keras serta ancaman yang berat bagi orang yang tidak mau memperdulikan dari mana ia mendapatkan rezekinya. Patut disesalkan, ternyata masih banyak orang yang bermuamalah dengan muamalah yang haram. Bahkan hanya demi sedikit harta, kemudian rela mencarinya dengan melanggar batasan-batasan Allah SWT.
Benarlah yang disabdakan Rasulullah SAW :
"Akan datang kepada manusia suatu zaman, yaitu seseorang tidak lagi memperdulikan dari mana ia mengambil hartanya, apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram".
(HR. Muslim)