Jumat, 26 Februari 2016

Ciri-ciri dan Jaminan bagi Orang yang Bertaqwa

Oleh KH. Moh. Usman Yunus
Buletin Jum'at Masjid Roudhotul Musyawaroh Kemayoran Surabaya

Kita di jadikan oleh Allah seorang kholifah dipermukaan bumi ini tidak lain dengan tujuan agar kita mau bersyukur kepada-Nya. Sebagaimana dalam hadis Qudsi Allah SWT telah berfirman yang artinya : "Wahai cucu keturunan adam, jika kamu selalu ingat kepada-Ku berarti kamu mau bersyukur kepada-Ku. Manakala kamu lalai kepada-Ku berarti kamu mengingkari semua nikmat yang Aku berikan kepadamu."

Dunia merupakan ladang perlombaan dan kita semua harus menjadi peserta perlombaan tersebut dan wajib bagi kita untuk mengikuti perlombaan yang diadakan oleh Allah SWT tersebut. Apakah perlombaan ini?

Seorang ulama menyebutkan bahwa perlombaan itu wajib kita ikuti dan hal itu merupakan sebaik-baik perlombaan, nama jenis perlombaan itu adalah berlomba-lomba untuk meraih ketaqwaan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an yang artinya : "Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa kepada-Nya." Seperti apapun manusia-Nya, dari keturunan kulit apapun manusia-Nya, orang arabkah itu atau bukan, orang yang berstatus tinggi atau rendahan ketika benar-benar bertaqwa kepada Allah maka Allah akan memuliakan orang itu.

Jika ketaqwaan itu menjadi perlombaan bagi kita bagaimana cara diri kita ini untuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah? Takwa adalah melaksanakan segala perintah dari Allah SWT dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Takwa mempunyai ciri-ciri sebagaimana didalam Al-Qur'an Allah telah berfirman yang artinya : "Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Baqarah 1-5)

Penjelasan ayat : 1. Alif Laam Miim 2. "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya..." Darimana adanya keraguan dan kesangsian? Petunjuk dan keyakinannya tersimpan di dalamnya dan tampak jelas bahwa mereka yang meragukannya tidak mampu membuat seperti itu. Dari sisi kana keraguan itu? Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

Untuk siapakah Kitab itu menjadi petunjuk, cahaya, pemandu, penasihat dan pembero penjalasan? Jawabannya bagi orang-orang yang bertakwa. Ketakwaan di dalam hati itulah yang menjadikan mereka layak mendapatkan manfaat dari Kitab Al-Qur'an itu.

Oleh karena itu orang yang benar ingin mendapatkan petunjuk dari Al-Qur'an harus dengan hati yang tulus dan murni, sehingga terbukalah rahasia, rahasia dan cahaya Al-Qur'an. Diriwayatkan bahwa Umar Bin Khatab ra. beliau pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab tentang takwa, lalu Ubay menjawab sambil bertanya, "Pernahkah engkau melewati jalan yang penuh duri?" Umar menjawab : "Pernah." Ubay bertanya lagi : "Apakah gerangan yang engkau lakukan? "Umar menjawab : "Aku berhati-hati dan berupaya menghindarinya." Ubay berkata. "Itulah takwa"

3. "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," 4. "dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang diturunkan sebelummu," 5. "Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung." 

Ayat diatas menerangkan bahwa ciri-ciri orang yang bertakwa, yaitu :

1, Orang yang beriman kepada hal-hal yang ghaib, seperti adanya Allah, Malaikat, Surga, Neraka dan Hari Kiamat.
2. Orangyang mendirikan Shalat, artinya mengerjakan shalat dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan.
3. Orang yang berinfak dari rejeki yang telah diberikan Allah, baik berupa material maupun rezeki non material.
4. Orang yang beriman kepada kebenaran Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan beriman kepad akebenaran kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi sebelumnya seperti kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa AS. kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS.
5. Orang yang beriman kepada adanya hari akhir atau hari pembalasan.

Semua isi Al-Qur'an adalah benar dan merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, takwa merupakan gabungan atau wujud  (manifestasi) dari Iman dan Islam. Iman merupakan pengakuan lisan dan hati, sedangkan Islam adalah realisasi dari pengakuan itu, maka takwa merupakan gabungan antara keduanya. Takwa adalah derajat tertinggi yang harus dicapai oleh seorang muslim, karena takwa adalah jalan yang dapat menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Ya, orang bertakwa adalah orang yang memiliki produktivitas tinggi. Bukan orang yang bermalas-malasan. Bukan orang yang suka ngobrol ngalor ngidul tidak ada gunanya. Apalagi, orang yang malah menimbulkan problem dalam kehiduapannya. Baik pada dirinya sendiri, buat keluarganya, maupun orang-orang disekitarnya.

Apakah jaminan Allah kepada orang yang memiliki ketakwaan? Ada 4 jaminan Allah, sebagaimana berikut ini :

1. Dibukakan Jalan Keluar

Jaminan Allah terhadap orang yang memiliki kemampuan kontrol semacam di atas adalah memperoleh solusi atas berbagai masalah yang dihadapinya. Hidup adalah masalah. Karena itu, jangan bermimpi untuk tidak bertemu dengan masalah. Setiap hari kita selalu menemui masalah. Mulai dari masalah pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama.

Nah, masalah itulah yang harus kita selesaikan. Jika tidak kita selesaikan segera, maka problem kehidupan itu bakal menumpuk semakin banyak. Dan kemudian menjadikan kita stress. Orang stress bakal menyebabkan kondisi kesehatannya tidak seimbang. Maka, dia bakal sakit. Orang bertakwa karena kemampuan kontrolnya yang baik tidak gegabah dalam mengatasi masalahnya. Ada 3 hal yang menyebabkan dia bakal bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik, diantaranya adalah :

Yang Pertama , dia akan berlaku cermat dalam mengidentifikasi masalah. Karena , orang yang bertakwa adalah orang yang berpikiran jernih, adil dan bijaksana. Seseorang menjadi tidak cermat dalam berpikir ketika dia melibatkan hawa nafsunya. Yaitu kepentingan sendiri terlalu dominan. Mereka biasanya terburu nafsu. Namun bagi orang yang seimbang dalam mengukur kepentingan dirinya dan orang lain adil dan bijaksana maka dia bisa berlaku cermat dan jernih. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ruum (30) : 29 yang artinya : "Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki Orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun." Dan juga disebutkan dalam firman Allah dalam surat Al-Mukminuun (23) : 71 yang artinya : "Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggan itu."

Yang Kedua orang yang bertakwa akan berlaku sabar dalam menyelesaikan masalahnya. Kenapa demikian? Sebab dia selalu ingat firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) : 153 yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Sabar memiliki dua makna, yaitu "tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan" dan "tidak tergesa-gesa dalam mencapai hasil". Tapi bukan berarti tidak bisa melakukan dengan cepat karena orang bertakwa harus memilki produktivitas tinggi dalam segala perbuatannya. Penekanan kata "sabar" adalah lebih kepada jangan tergesa-gesa "alias jangan" grusa grusu yang menyebabkan "kontraproduktif"

Dan yang Ketiga, orang bertakwa selalu bertawakkan kepada Allah dalam mencapai tujuannya. "Bertawakkal" adalah berserah diri kepada Allah setelah bekerja keras. Jadi, jangan mematok "kepastian" bahwa yang kita kerjakan selalu membawa hasil seperti yang kita inginkan. Sebab, kita hanya berusaha, sedangkan hasilnya Allah yang menetukan.

Bagi orang yang bertakwa harapannya selalu digantungkan kepada Allah, sebagaimana ayat di atas. Kenapa digantungkan kepada Allah saja? Supaya dia tidak pernah merasa stress. Dan yang kedua Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Artinya, Allah bakal "Mampu" memberikan apapun yang menjadi kebutuhan kita berdasarkan pada sifatNya yang "Maha Bijaksana".

2. Diberi Rezki yang Tidak Terduga

Jaminan Allah yang kedua kepada orang yang bertakwa adalah pemberian rezki dari arah yang tidak diduganya sama sekali. Kenapa bisa demikian? Bagaimana maksudnya? Dengan kata lain, sebenarnya Allah ingin mengatakan dua hal. Yang pertama, bahwa yang memberikan rezki kepada kita adalah Allah. Kita hanya berusaha saja. Sekali lagi sumber rezki tiu adalah Allah dan yang kedua, Allah menegaskan bahwa yang berkehendak untuk memberikan rezki itu juga Allah belaka. Jika Allah menghendaki memberi, maka tidak ada yang bisa membendungnya. Sebaliknya, jika Allah menghendaki mencabutnya, juga tidak ada yang bisa menahannya.

Maka, ketika Allah mengatakan bakal memberi rezki yang tidak terduga kepada hambaNya yang bertakwa, itu menjadi bisa dipahami. Karena, sumber rezki kita ada di tangan Allah. Dan Dia Maha Berkehendak untuk memberikan dalam situasi apapun, dimanapun dan waktu kapanpun.

Apalagi orang bertakwa adalah orang-orang yang berperilaku produktif. Ia juga orang yang selalu berbuat adil dan bijaksana dalam berusaha, serta sabar di dalam mencapai tujuan. Maka, dengan sendirinya, ia telah membangun sebuah sistem penghasil rezki yang sangat hebat. Artinya, jika seseorang mampu berbuat produktif, adil, bijaksana, sabar dan tawakkal, maka dengan sendirinya akan terbentu proses-proses mengalirnya rezki secara tidak terduga. Di luar perkiraannya.

3. Dimudahkan Persoalannya

Jaminan ketiga yang diberikan Allah kepada orang bertakwa adalah 'kemudahan" menyelesaikan persoalan. Betapa seringnya kita menemui masalah yang sulit diatasi dalam keseharian kita. Semakin kita force atau kita upayakan justru semakin ruwet persoalannya, bagaikan benang kusut.

Kenapakah justru menjadi benang kusut? Jawabannya adalah, karena kita ingin menyelesaikan masalah itu dengan tergesa-gesa. Semakin kusut, semakin gemes dan semakin bernafsulah kita untuk segera menyelesaikan. Ini sebenarnya menunjukkan kita bahwa kita tidak lagi "jernih dan bijak" dalam menyelesaikan persoalan. Kita tergesa-gesa. Kita telah kehilangan kontrol dan kesabaran. Jika ini yang terjadi, maka firman Allah berikut ini sungguh mengena. QS. Al-Anbiyaa' (21) : 37 "Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tandaKu. Maka janganlah kamu minta kepada Ku mendatangkannya dengan segera". Ayat di atas mengatakan bahwa manusia memang gampang terjebak pada keinginan yang menggebu-gebu dan tergesa-gesa. Padahal Allah telah melakukan setting yang terencana, seiring kondisi yang berjalan.

4. Diampuni Dosanya, Dilipatgandakan Pahalanya

Jaminan yang ke empat adalah pengampunan dosa dan melipatgandakan pahala. Bagaimanakah pemahamannya, bahwa orang yang bertakwa bisa diampuni dosa-dosanya dan berlipat ganda pahalanya? Untuk itu kita harus memahami apa yang disebut dengan dosa dan pahala. Selama ini, kita menggambarkan dosa dan pahala sangatlah abstrak, yaitu "suatu balasan ghaib" atas perbuatan kita di dunia, yang akan kita terima di akhirat nanti.

Dosa dan pahala bukan hanya terjadi di akhirat nanti dan bersifat ghaib. Tetapi lebih mendalam dari itu, ia juga bersifat duniawi dan ukhrawi sekaligus. Bahkan, bukan hanya bersifat ghaib semata, tapi juga bersifat nyata. Hanya saja, balasan itu memang terjadi sesuai urutan waktu sebagai reaksi atas perbuatan kita.