Jumat, 05 Februari 2016

Khazanah Al Hadits : Al Aimmatul Al Mudlilluun

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” 
(HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)

Al Mudlilluun dari akar kata dlalla yadlillu au yadlallu dlalaalan wa dlalaalatan didefinisikan dengan lam yahtadi ilaa thariiqihi au ilaa wajhishshawaab, yakni tidak mendapatkan petunjuk jalannya atau jalan yang benar. Sedangkan al aimmah merupakan bentuk jama' dari imam yakni man yu'tammu bihinnaasu yaitu orang yang dijadikan pemimpin oleh masyarakat. Maka pemimpin yang tersesat juga pasti akan berdampak pada menyesatkan pada umatnya.

Seorang pemimpin adalah seorang yang cakap dan memiliki integritas pribadi yang baik. Oleh karenanya pemimpin yang baik adalah lahir di tengah masyarakatnya.
Dan itupun bukan semata karena kemampuan finansial atau hartanya sehinga bisa membeli siapa saja yang memang sudah menyediakan diri untuk bisa di beli. Karena hakekat seorang pemimpin adalah pelayan bagi kepentingan dan urusan rakyatnya.

Umat ini sesungguhnya sangat tergantung pada bagaimana para pemimpinnya. Jika seorang pemimpin memiliki nilai ketaqwaan kepada Allah dengan utuh, maka pastilah umatnya akan menjadi umat yang terbina dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika seorang pemimpin tidak memiliki nilai ketaqwaan kepada Allah maka bisa dipastikan umat yang dipimpinnya juga akan tidak baik. Maka boleh dikatakan kondisi dan keadaan umat ini sangat tergantung dari bagaimana keadaan dan kondisi para pemimpin umat ini.

Maka konsespi kehidupan yang telah Allah turunkan untuk kita semua melalui lisan Rasulullah SAW, haruslah menjadi acuan sistem dalam kehidupan kita, termasuk sesuatu yang harus ditegakkan oleh para pemimpin umat ini. Maka jika dalam kepemimpinannya tidak menegakkan hukum Allah pastilah hukum selain Allah yang ditegakkannya. Dengan kondisi demikian pastilah menyesatkan kepada umat yang dipimpinnya.

Jika pemimpin sudah menyesatkan maka sungguh akibat yang ditanggungnya amatlah berat. Sebagaimana permohonan dari umat yang disesatkan oleh pemimpinnya di neraka kelak : "Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata : "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul." Dan mereka berkata : "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar." [QS. Al Ahzab/33 : 66-68]

Penyesalan yang terjadi bukan hanya pada para pemimpin, tetapi umat yang dipimpimpun juga menyesal dengan penyesalan yang sangat. Tetepi apalah arti suatu penyesalan yang sudah terlambat, penyesalan yang tidak lagi berarti. Makanya mereka berharap pemimpin yang telah diikuti dan bahkan di taatinya tersebut diberikan siksa dua kali lipat sakitnya dari yang mereka rasakan. Sebagai bentuk penyesalan dan penyesalan yang dialaminya karena ketaatan kepada para pemimpin yang menyesatkan tersebut.

Maka Allah SWT mengingatkan kepada kita untuk tidak menjadikan pemimpin yang tidak mentaati Allah dan tidak mengajak hanya mentaati kepada Allah SWT. "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin  selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)", [QS. Al A'raf 7 : 3].  Dengan demikian mentaati hukum Allah adalah satu-satu tujuan dalam aktifitas kehidupan kita. Termasuk di dalamnya ketika kita berserikat atau berkelompok atau berorganisasi. Maka di dalamnya haruslah ditegakkan hukum Allah, maka organisasi inilah yang dapat dikategorikan sebagai organisasi Islam.

Tetapi jika dalam sistemnya tidak menggunakan sistem islam apakah suatu komunitas itu masih bisa dikatakan sebagai organisasi islam? Sehingga dari sudut pandang ini masih adakah organisasi islam itu? ataukah hanya sebagai organisasi yang merupakan himpunan yang anggotanya adalah muslim.

Umat memang membutuhkan pemimpin dan kepemimnpinan. Dan bukan pemimpin yang membutuhkan umat. Karena jika pemimpin membutuhkan umat, maka berarti pemimpin tersebut mengangkat diri sendiri untuk menjadi pemimpin. Maka pemimpin yang benar adalah yang mampu membimbing umat menuju petunjuk Allah. Dan membebaskan umat dari kebodohannya dan bukan malah memanfaatkannya. Sekaligus memerdekannya dari belenggu nafsu manusia menuju nafsulmuthmainnah, menjadi masyarakat yang bertauhid dalam arti yang sesungguhnya.

Dan bagi umat harus berhati-hati dan waspada dalam menentukan seorang imam atau pemimpin, karena pasti sang imam atau pemimpin tidak akan mampu bertanggung jawab secara penuh dalam rangka pertanggung jawabannya kepada Allah SWT. Sehingga tidak terjebak mengikuti imam atau pemimpin yang menyesatkan.

"Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti : "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka". [QS. Al Baqarah 2 : 167]

Hanif - Buletin Professional Muslim
Oleh M. Hidayatullah