oleh KH. Ahmad Thoha, MA
Kehidupan di dunia ini oleh Allah sengaja dijadikan indah agar menarik perhatian manusia dan Allah hendak menguji diantara mereka yang pandai memanfaatkannya dengan baik dan melestarikannya agar dapat diturun-temurunkan kepada generasi berikutnya.
(Q.S Al Kahfi [18] : 7)
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
(Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya).
Nabi SAW bersabda : Dunia sangat indah, manis dan memikat hati, semua itu oleh Allah diserahkan kepada kalian sebagai ujian, bagaimana cara kalian mengelola dan memanfaatkannya. Karena itu, berhati-hati lah terhadap dunia dan terhadap wanita.
Dari firman Allah dan Hadis Nabi tadi, tidak dapat diragukan dan disangkal akan keindahan dunia dan alam ini. Keindahan yang oleh Allah dijadikan batu ujian bagi kita semua. Agamapun berpesan berhati-hatilah kalian mengelolanya, karena dunia berikut segala isinya, kekayaan dan keindahannya diserahkan kepada kita semua untuk kita manfaatkan dengan baik dan kita tidak boleh menyia-nyiakannya apalagi menyelewengkan dan menyalahgunakannya.
Dunia ini diciptakan oleh Allah sebagai jembatan menuju negeri akhirat. Pesan Nabi "berhati-hati lah terhadap dunia" , artinya berhati-hatilah menyikapi dan memandangnya. Kehidupan dunia hanyalah sementara waktu, tidak untuk selamanya dan tidak kekal abadi. Lain halnya dengan kehidupan Akhirat, ia adalah kehidupan yang sebenarnya dan kekal abadi. (Q,S Al Mukmin [40] : 39, Al Ankabut [29] : 64, Ali Imran [2] : 152).
Ada di antara umat manusia yang berlebih mendambakan dan mencintai kehidupan dunia dan ada sebagian lain mengutamakan kehidupan akhirat. Padahal kehidupan ini harus selaras dan seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrawi.
(Q.S Al Qashash [28] : 77)
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
(Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan).
Kita tidak boleh menjauhi dunia apalagi memusuhi dan mencercanya, karena jalan dunia adalah jalan Akhirat. Keduanya tidak terpisahkan, tidak ada jalan khusus ke akhirat kecuali lewat jalan dunia.
Kehidupan dunia adalah perjuangan (jihad) untuk meraih kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Hidup bukan hanya untuk sekarang, tetapi berlanjut sampai akhirat. Dan apa yang diperoleh di akhirat nanti diukur dengan apa yang telah dilakukan di dunia. Kehidupan dunia sangat berarti dan bahkan sangat berharga. Inilah jalan hidup yang benar. Nabi SAW bersabda : Bukan sebaik-baik kamu siapa yang mengabaikan dunianya demi akhiratnya dan bukan sebagus-bagus kamu siapa yang melalaikan akhiratnya demi dunianya. Tetapi sebaik-baik kamu adalah siapa yang memperhatikan keduanya (dunia-akhirat). Ada diantara umat manusia yang tertipu dan terperdaya oleh gemerlapan dunia dan Allah telah memberi peringatan kepada mereka. (Q.S Al Hadid [57] : 20).
Allah hendak menggambarkan 5 hal terpenting kesenangan dalam pandangan orang-orang yang lengah, tertipu dan terperdaya :
Pertama, la'ibun (main-main). Hidup mereka hanya main-main.
Kedua, lahwun (senda gurau). Mereka hanya hura-hura dan pesta pora.
Ketiga, ziinah (cinta perhiasan). Mereka hanya mengejar materi dan kekayaan harta benda.
Keempat, tafaakhur (bermegah-megahan)
Kelima, takaatsur (berbangga-bangga dengan harta dan anak).
Ternyata semua kesenangan orang-orang yang lalai, lengah dan tertipu adalah mataa'ul ghuruur (kesenangan yang menipu). Orang yang demikian itu, pantaslah kelak di akhirat sebagai calon penghuni neraka jahannam. (Q.S An Naazi'aat [79] : 37).
Sebagian manusia ada yang dihinggapi penyakit hubbuddunya (cinta dunia). Yakni seluruh fikiran dan keinginannya hanya ditujukan untuk kesenangan dunia semata. Orang seperti ini, kalau sedang berkuasa niscaya menumpuk kekayaan dengan cara korupsi. Kalau ia miskin, niscaya akan melakukan judi. Kalau ia kaya, maka niscaya dia akan rakus dan tak tahu diri. Kalau berkata niscaya akan berdusta, kalau memagang amanah niscaya ia sia-siakan. Orang seperti ini sangat mengidolakan Qarun (Q.S Al Qashash [28] : 79).
Pada suatu petang hari Abu Ubaidah Amin bin Jarrah r.a. tiba di Bahrain membawa harta hasil upeti. Karena hari sudah jauh malam, keesokan harinya setelah shalat Shubuh, Rasulullah SAW setelah berdzikir dan berdoa kemudian berbalik menghadap jamaah Ahli Suffah yang dalam kondisi miskin, lalu beliau bersabda : Saya kira, kalian telah mendengar tentang Abu Ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain? "Betul ya Rasulullah" Sahut mereka serentak. Lalu Rasulullah SAW bersabda lagi : Akan aku penuhi kebutuhan kalian. Demi Allah tidaklah kemiskinan dan kefakiran yang paling aku takutkan atas diri kalian, tapi yang paling aku takutkan atas kalian adalah kalau dunia yang melimpah ini telah dibukakan atau kalian dapat yang Allah berikan kepada orang-orang dahulu. Kalian akan menjadi serakah dan berambisi seperti mereka, lalu kalian akan dibinasakan Allah seperti halnya mereka orang-orang dahulu yang telah dibinasakanNya. Begitulah syetan menjerumuskan manusia dengan keserakahan dan ambisi.
(Q.S Al Baqarah [2] :268)
ٱلشَّيْطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِٱلْفَحْشَآءِ ۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
(Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui).
Sumber : Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya Edisi 215
Text Al Qur'an : Muslim Pro