Senin, 23 Februari 2015

Tanya Jawab "Refleksi di tahun baru"

oleh KH. Abdusshomad Buchori

Pertanyaan :

Bayu, Pasuruan. Dalam merayakan tahun baru yang biasa muncul adalah kebudayaan yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Salah satunya yang terjadi kemarin di Taman Bungkul Surabaya, merayakan dengan doa bersama dengan menggunakan lilin. Bagaimana menyikapi kejadian seperti itu, agar umat Islam tidak terjerumus ke dalam hal yang dilarang agama?

Roihul Pasaribu, Medan. Dalam kehidupan sekarang berbagai macam godaan iman silih berganti. Misalnya di daerah asal saya, ada adat kebudayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, namun jika kita tidak mengikuti maka, akan dikucilkan. Bagaimana kiat agar iman tetap konsisten (istiqamah) dalam setiap keadaan?

Jawaban :

1. Dalam menyikapi kebudayaan yang selalu ada dan terus berkembang dalam masyarakat, ada kaidah Islam yang bisa menjadi dasar pijakan dalam bersikap, yakni al ‘aadah muhakkamah maa lam tukhalif fisy syar’a (adat istiadat bisa diterima jika tidak bertentangan dengan syariat). Kalau doa bersama dengan menyalakan lilin bukan kebudayaan Islam, maka jangan diikuti. Kalau itu yang melakukan pemerintah, maka harus diingatkan. Doa bersama hukumnya haram. Ada orang non muslim berdoa, maka kita sebagai muslim tidak boleh mengamini, karena akidah kita beda. MUI Jawa Timur mengeluarkan fatwa, mengucapkan “selamat natal” kepada non muslim hukumnya haram, karena sudah menyangkut persoalan ideology (akidah) bukan lagi menyangkut kemanusiaan. Bukan masalah kerukunan, tetapi karena agama tidak boleh dicampur aduk. Istilah yang trend sekarang pencampuradukan agama disebut dengan pluralisme agama.

2. Masalah adat kebudayaan mana yang boleh mana yang tidak, sudah dijelaskan di jawaban pertama. Selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam, boleh. Jika bertentangan dengan ajaran Islam, maka haram hukumnya mengikuti. Namun jika itu terjadi di lingkungan anda, maka harus pandai-pandai memilah dan memilih, agar tidak terjadi benturan. Harus bijaksana dalam bersikap. Saya kira kalau kita tegas dan bijaksana, insyaa Allah mereka juga akan faham. Dan sebagai seorang muslim sebenarnya anda juga punya kewajiban untuk merubah adat kebudayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu. Sesuai ajaran Nabi, untuk merubah suatu kemungkaran itu pertama dengan tangan, bisa di artikan dengan kekuasaan, jika tidak mampu, maka dengan perkataan yang baik, dan bijaksana, kalau keduanya tidak mampu, maka menolaknya dengan hati, walaupun itu tingkatan paling rendah. Memang untuk menguatkan iman selalu akan diuji sesuai tingkatannya. Ujian keimanan ini untuk menjadi iman kuat. Jadi, semakin kuat iman, maka ujian akan semakin berat pula. Anggaplah apa yang terjadi di lingkungan anda itu sebagai ujian iman anda. Walaupun dengan itu anda dikucilkan, namun anda harus tetap baik kepada mereka. Mungkin dengan membaca buku-buku kisah perjalanan Nabi, atau para ulama-ulama, imam-imam tersohor dalam berdakwah dan mempertahankan imannya. Dengan begitu anda akan termotivasi.
Adapun upaya agar iman tetap konsisten, maka berusahalah ibadah dengan tekun. Shalat lima waktu dijaga, dan jangan sampai ada yang terlupakan. Tetangga yang sakit, dibantu. Ada orang tidak mampu, maka jangan segan-segan untuk membantu, hal ini untuk menjaga hubungan dengan lingkungan. Selalu membaca Al-Qur’an. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Shalat malam diusahakan istiqamah. Ada baiknya anda simak firman Allah pada surah Al-Baqarah : 177. Yang maknanya : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang yang bertakwa.


Wallahu a’lam bishawaab