Jumat, 13 Maret 2015

MEWUJUDKAN ISLAM KAAFAH


oleh Dr. H. Abdus Salam Nawawi, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Allah berfirman dalam surah Al Baqarah : 208, yang maknanya :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Panggilan bagi umat Islam untuk masuk ke dalam Islam secara kaafah (menyeluruh). Melahirkan ambigu di kalangan ahli tafsir. Ada yang berpendapat, bahwa yang di panggil dalam ayat tersebut adalah orang-orang munafiq, yang mereka hanya beriman pada lisannya saja, sedangkan hati mereka tidak beriman. Ada juga yang berpendapat, bahwa yang di panggil ini adalah orang-orang Ahlu Kitab yang masuk Islam, tetapi mereka masih membawa faham agama sebelumnya. Pendapat lain, bahwa panggilan ini adalah untuk orang-orang Ahlu Kitab yang beriman kepada kitab-kitab Allah sebelum Al-Qur'an. Tetapi, mayoritas mufassir (ahli tafsir) berpendapat bahwa panggilan ayat di atas adalah kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah SAW. Kalau begitu ada pesan yang terus-menerus dan harus menjadi kesadaran kita yang sudah beriman, untuk senantiasa menyempurnakan keislaman kita. 

Orang Islam perlu menyempurnakan keislamannya. 

Pertama, dalam aspek Iman. Iman dan Islam yang ada dalam diri ini hendaknya kita terima sebagai bentuk hidayah, yang dianugerahkan oleh Allah untuk kita. Maka, hendaknya kita sikapi dengan syukur dan tawadhu'. Jangan sampai kita sebagai orang yang beriman lalu disusupi kesombongan oleh setan, kemudian melecehkan orang lain. Karena merasa, bahwa Islam yang kita imani ini adalah satu-satunya agama yang benar, lalu bersikap sombong kepada yang lain. Ingat, bahwa kita beriman ini atas izin Allah. Sehingga,hendaknya melihat orang lain itu sebagai makhluk yang perlu dikasihani, perlu dibimbing, barangkali dengan usaha-usaha yang kita lakukan,mereka akan mendapat hidayah juga seperti kita.

Kedua, wa'amalan (urusan perbuatan) . Orang Islam perlu menyempurnakan keimanannya dalam aspek amal. Barangkali untuk hal-hal yang pokok sebagian besar orang mungkin tidak ada masalah. Namun masalah-masalah yang kecil yang luput dari pantauan, atau memang menganggap itu hal yang remeh, lalu tidak diperhatikan, padahal akibatnya besar. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam masalah amaliyah kita :

Pertama, berhemat. Misalnya, dalam berwudhu, karena sudah menjadi kebiasaan yang terpelihara sejak kecil, yakni tidak hemat dalam menggunakan air saat berwudhu. Tidak hemat, maknanya boros. dan boros itu merupakan langkah syaitan. Hemat dalam menggunakan air, adalah sesuatu yang ditekankan oleh Rasulullah SAW. Ada seorang sahabat bernama Sa'ad yang sedang berwudhu. Rupanya dia boros dalam menggunakan air wudhu. Lalu Nabi menegur : "Wahai Sa'ad, kenapa kamu boros dalam menggunakan air wudhu? Sa'ad menjawab : "Ya Rasulullah, adakah dalam menggunakan air wudhu itu boros? "Iya" : Jawab Rasulullah. Walaupun kamu berwudhu di sungai yang mengalir, maka berwudhulah dengan hemat", lanjut beliau. Seperti itu, kalau di Makkah yang gersang dan sulit air, kalau di Indonesia banyak air. Tidak seperti itu. Karena di Indonesia pun kadang juga kekeringan berkepanjangan. Maka, mari kita sempurnakan Islam kita mulai dari hal yang kecil ini. Islamkan wudhu kita. Jangan biarkan buka kran penuh dan membiarkan terbuka, sementara kita masih melakukan yang lain, sehingga air tumpah tanpa berguna. Itu merupakan pemborosan dsn itulah perbuatan syaitan.

Kedua, tergesa-gesa dalam melakukan shalat, dan ingin segera selesai. Pernah Rasulullah SAW melihat orang yang seperti ini, lalu beliau menyuruh kepada orang itu mengulangi shalatnya. Setelah diulang sampai tiga kali, baru Nabi menunjukkan.
"Rukuklah sampai kamu tenang dalam melakukan rukuk", "Bangunlah dari rukuk, sampai kamu tegak berdiri".

Ketiga, Menyempurnakan Islam bidang ekonomi. Lembaga keuangan ribawi (mengandung unsur riba) ada di mana-mana. Dan Allah akan memusnahkan harta riba atau meniadakan berkahnya. (Q.S. Al-Baqarah : 276).

Tetapi kadang kita menganggap remeh urusan ini. Justeru lembaga-lembaga Islam menyimpan uangnya di lembaga keuangan ribawi. Bahkan, ada uang masjid di simpan di lembaga keuangan ribawi itu. Kalau kita ikut mengembangkan apa yang oleh Allah dihapus, bagaimana Islam kita? Hingga sekarang, lembaga-lembaga keuangan syariah masih sulit berkembang, karena 90% umat Islam ini, belum memberikan dukungan yang berarti. Masih terbiasa dengan urusan ribawi, dan itu dianggap remeh. Orang-orang sangat peka kalau masalah lokalisasi, tetapi akan merasa biasa kalau itu masalah riba. Padahal Rasulullah SAW bersabda : "Orang yang melakukan riba itu lebih buruk dari orang yang menyetubuhi ibunya sendiri"

Ketiga, wa dakwatan (urusan dakwah). Dakwah ada takarannya, ada batasnya. Batasan yang paling jelas adalah bahwa dakwah tidak dimaksudkan untuk mengislamkan orang. Dakwah itu mengandung maksud mengkomunikasikan Islam dengan orang lain. Urusan dia akan tertarik Islam dan masuk Islam atau tidak itu mutlak urusan Allah.

(Q.S. Ali Imron : 20)

فَإِنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِىَ لِلَّهِ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِ ۗ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْأُمِّيِّۦنَ ءَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا۟ فَقَدِ ٱهْتَدَوا۟ ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ ٱلْبَلَٰغُ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِٱلْعِبَادِ

(Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.)

Mari Islamkan dakwah kita, jangan sampai melampaui batas. Jangan anarkis, karena kita tidak diperintahkan untuk mengislamkan seseorang. Kita hanya menyampaikan, mengajak, melayani dialog, tidak lebih dari itu.