Jumat, 23 Oktober 2015

Petunjuk Allah dalam Menghadapi Cobaan Hidup

Oleh : Drs. H. M. Roziqi, MM - Dakwah Jum'at Al Akbar Edisi 243 | 22 Syawal 1436 H

Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Kondisi seperti itu merupakan sunnatullah (telah digariskan oleh Allah). Pasang surut kehidupan, kebahagiaan dan kesusaahan, sehat dan sakit, kesuksesan dan kegagalan silih berganti mewarnai perjalanan hidup manusia. Karenanya, janganlah merasa aneh dan kaget jika menemui kondisi demikian. Itulah yang disebut roda kehidupan. Ibnu Athaillah, dalam kitabnya "Al Hikam" mengatakan :
laa tastaghrib wuquu'al akdaar maa dumta fii hadziihid daar (janganlah kamu heran bila terjadi kekisruhan selama kamu berada di dunia ini). Kekisruhan bisa berbentuk kesulitan hidup, bencana, musibah, dlsb. Maka beliau memberi dorongan untuk membuka mata hati, dalam memandang kehidupan dunia ini. Beliau berwasiat, janganlah seorang beriman memandang dunia ini sebagai tempat yang penuh kenikmatan sehingga menikmati dunia berlebihan melupakan akherat, jangan terpengaruh glamournya dunia, karena sesungguhnya dunia ini adalah tempat persinggahan sementara, untuk menanam kebaikan-kebaikan sebagai bekal menuju kehidupan yang abadi, kehidupan yang kekal, yakni di akhirat. addunya mazra'atul akhirah (dunia adalah ladang akhirat). Ladang untuk menanam amal sholih, yang bisa kita petik hasilnya di akhirat.

Bagaimana menyikapi berbagai problema dan tantangan di dunia ini, sesuai petunjuk Allah SWT?

Pertama, sabar dan shalat. Dijelaskan dalam surah Al Baqarah [2] : 45-46. Yang maknanya : 45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', 46. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Kita diajarkan untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan pada kita. Jika dalam kondisi kesulitan, maka ayat diatas menjelaskan untuk memohon pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Sabar adalah habsun nafsi (pengendalian diri). Harus mampu dan cerdas dalam mengelola emosi agar tidak terjerumus kepada tindakan-tindakan yang bodoh.

Adapun shalat adalah sarana untuk berdialog dengan Allah SWT, mencurahkan segala kesulitan dan kesusahan yang telah menimpa kita. Segala kesulitan diserahkan kepada Allah, sambil memohon petunjuk  agar diberi jalan keluar yang terbaik. Rasulullah SAW bersabda : kaana idzaa hasanahu amrun shalla (saat beliau dalam kondisi sedih, maka beliau melaksanakan shalat). HR Imam Ahmad dan Abu Dawud.

Begitu juga ketika keluarga Rasulullah SAW tertimpa kesulitan, maka turunlah surah Thaahaa [20] : 132 : yang maknanya : 132. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu, dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.

Kedua, memperbanyak Shadaqah. Dijelaskan dalam surah Al Lail [92] : 5-10. Yang maknanya : 5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 6. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), 7. Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah, 8. dan Ada pun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, 9. serta mendustakan pahala terbaik, 10. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.

Shadaqah adalah daf'ul balaa' (bisa menolak bala'). Mari dibiasakan bershadaqah baik pada saat lapang, maupun saat sempit. Jika kita lakukan penuh keikhlasan dan ketaqwaan, maka Allah akan memberikan kemudahan dan akan diberikan kebaikan. Sebaliknya, jika kita kikit dan merasa cukup dengan dirinya sendiri (tidak butuh Allah), maka Allah akan memberikan jalan yang sulit.

Ketiga, biasakan memberi kemudahan kepada orang lain. Allah berfirman dalam surah Al Isra' [17] : 7. Yang maknanya : 7. jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat. Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua. (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Rasulullah SAW bersabda : man yassara ala mu'sirin, yassarallahu fid dunya wal akhirah (barang siapa yang membuat kemudahan kepada orang lain yang mengalami kesulitan, maka Allah akan memberi kemudahan kepada mereka di dunia dan akhirat).

Keempat, membiasakan silaturahim. Diantara manfaat yang didapat dalam silaturahim adalah dapat meringankan beban kesulitan, karena dengan bertemu saudara akan ada sharing, untuk mencarikan jalan keluar kesulitan yang dihadapi.

Silaturahim artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan, sedangkan bersilaturahim yaitu mengikat tali persahabatan. Jadi, untuk mengikat tali persahabatan itu kapan saja waktunya, dan tidak boleh di putuskan, harus di lanjutkan oleh anak dan keturunannya.

Kita pun sebagai umat Islam telah di perintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga hubungan silaturahmi QS. An-Nisaa [4] : 1. Yang maknanya : "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari pada nya Allah menciptakan isterinya : dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."

Sebagai umat Islam, perintah Allah SWT itu harus dipatuhi. Orang yang mematuhi perintah Allah adalah orang yang bertakwa. Takwa artinya terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Allah Shubhalallaahu wa Ta'ala serta menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahmi dalam Islam. Maka melihat pentingnya silaturahmi tersebut, berikut merupakan 10 manfaat Silaturahmi menurut Abu Laits Sama qandi, yaitu :

1. Mendapatkan ridho dari Allah SWT,
2. Membuat orang yang kita kunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu "Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia."
3. Menyenangan malaikat, karena malaikat juga senang bersilaturahmi
4. Disenangi oleh manusia
5. Membuat Iblis dan setan marah
6. Memanjangkan usia
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

Kesadaran yang harus dibangun setiap menghadapi kesulitan :

Pertama, kenikmatan yang diberikan Allah jauh lebih banyak dari pada kesusahan yang menimpanya. Rasulullah SAW bersabda : laa yaghliba 'asrun yusraini (tidak mengalahkan satu kesulitan terhadap dua kemudahan). HR Imam Baihaqi. Dalam surah Al Insyirah [94] : 5-6, yang maknanya "5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Kedua, kesulitan yang ditimpakan kepada hamba Allah, tidak mungkin melampaui kemampuannya. QS. Al Baqarah [3] : 286. Yang maknanya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) : "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum Kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup kami memikulnya, ampunilah kami, beri maaf kami, dan rahmatilah kami. Engkau lah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

Ketiga, orang yang diberi kesulitan berarti diuji, dan orang yang diuji oleh Allah, berarti di sayangNya. Idzaa ahabballahu a'bda, ibtalahu liyasma'a tadharrua'hu (apabila Allah mencintai hamba-Nya, Dia akan memberi cobaan kepadanya, agar Dia mendengar curahan hatinya) HR. Imam Baihaqi, Maka, para ulama sufi selalu rindu untuk diberi cobaan oleh Allah, karena dengan cobaan itu, berarti dia lebih disayang oleh Allah SWT.