Jumat, 13 Mei 2016

PILAR-PILAR TAKWA MENURUT ALI BIN ABU THALIB

Selain kalimat syukur dan sabar ,takwa menjadi menjadi kalimat yang sering diwasiatkan oleh seorang mukmin ( khususnya da’I ) kepada mukmin yang lainnya. Lalu apa itu takwa ? Ali Bin Abu Thalib memiliki pandangan tersendiri tentang hal itu. Menurut menantu Rasulullah SAW ini ,takwa memiliki empat pilar .Apa saja itu ? Berikut adalah uraian singkat nya .
Pertama, Al-Khaufu bi al-Jalil( takut kepada Allah yang Maha Mulia) Seorang mukmin haruslah memiliki rasa takut kepada Allah.Dengannya akan menghantarkan diri untuk lebih berhati-hati lagi dalam bertindak tanduk,sehingga akan menyelamatkan diri dari kesalahan dan kesesatan.Seperti kata Umar bin Khaththab bahwa takwa digambarkan seorang yang berjalan di jalanan yang dipenuhi duri. Ia akan sangat berhati-hati agar selamat tak tertusuk olehnya.

Jumat, 06 Mei 2016

Menyatukan Dzikir, Fikir dan Ikhtiar


Buletin Jum'at As-Salam No. 93 | Mei 2016

Manusia terlahir dalam keadaan suci (fitrah). Sesuai fitrahnya, manusia mengakui adanya Allah, satu-satunya ilah (Tuhan). Fitrah manusia yang pada awalnya bersih, kemudian terkotori oleh perbuatan dosa / maksiat. Rasulullah SAW mengingatkan, setiap hamba yang melakukan dosa maka di hatinya ada noda hitam. Begitu noda-noda tadi terkumpul, akhirnya menutupi fitrah, sehingga fitrah tidak bisa berinteraksi dengan petunjuk Allah (hidayah).

"Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, serta iringilah perbuatan jahatmu dengan perbuatan baik. Niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya. Dan bergaullah dengan manusia secara baik."

Jumat, 08 April 2016

Allah Mengetahui Semua Rahasia

Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain kepada orang yang merencanakannya sendiri .( Fathir (35) :43 )

Tidak semua amal yang baik mendapatkan nilai kebaikan. Hanya kebaikan yang direncanakan demi untuk kebaikan saja yang bernilai kebaikan di sisi Allah. Sedangkan kebaikan yang di tampakkan untuk menyembunyikan kejahatan akan berbalas kejahatan pula.

Itulah hikmah terbesar dari ajaran Islam, mengapa suatu amal kebaikan tidak langsung mendapat pahala. Disana masih harus di teliti terlebih dahulu ,apakah amal tersebut betul-betul diniatkan untuk kebaikan ?

Ketika seorang tokoh politik atau satu partai di DPR menolak usul kenaikan BBM dengan retorika demi melindungi rakyat , Allah tidak segera mencatat penolakannya tersebut sebagai amal kebaikan .Allah juga tidak segera mencatatkan sebagai pahala atas perjuangannya. Allah masih melihat terlebih dahulu

Jumat, 18 Maret 2016

Air Mata Penangkal Api Neraka


Al-QALAM NO 39/2016 


Pada suatu hari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha di datangi oleh tiga orang sahabat ,yakni Atha ,Ibnu Umar  dan Ubaid bin Amr . Mereka bertiga memohon kepada Aisyah agar menceritakan hadist yang paling menakjubkan tentang Nabi Muhammad SAW.

“Izinkan kami  di sini sejenak dan ceritakanlah kepada kami perkara paling mempesona dari semua yang pernah engkau saksikan pada diri Nabi.”

Aisyah menarik nafas panjang .Kemudian dengan terisak menahan tangis ,ia berkata dengan suara lirih , “Ah,semua prilakunya menakjubkan bagiku .”

Masih dengan suara lirih ,’Aisyah bercerita ,Suatu malam ,ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulit ku dia berkata , Ya Aisyah ,izinkan aku beribadah kepada Tuhanku.’ 

Aku berkata , Sesungguhnya aku senang merapat denganmu , tetapi aku juga senang melihatmu beribadah kepada Tuhanmu.

Dia bangkit mengambil gharaba air ,lalu berwudhu.Ketika berdiri shalat,kudengar dia terisak-isak menangis hingga airamatanya membasahi janggut.Kemudian dia bersujud dan menangis hingga lantai pun basah oleh airmata .Lalu dia berbaring dan menangis dan datanglah Bilal untuk memberitahukan datangnya waktu subuh .

Aisyah melanjutkan, Bilal berkata ,’Ya Rasul Allah ,kenapa engkau menangis padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu baik yang terdahulu maupun yang akan datang ?’ 

‘Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur ?’kata Rasulullah ,’Aku menangis karena malam  tadi Allah telah turunkan ayat kepadaku.’Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang –orang  yang berakal .’

Kemudian Nabi bersabda ,’Hai Bilal, tiada yang mampu memadamkan neraka itu selain air mata .Celakalah orang yang membaca ayat ini namun tidak merenungkannya.’

Dalam kitab Mau’izhah dijelaskan bahwa pada hari kiamat akan terlontar api sebesar gunung dari neraka jahim. Api itu menuju umat Nabi Muhammad SAW . Rasulullah berusaha menolaknya,tapi tak bisa.Kemudian Nabi memanggil malaikat Jibril, “Wahai Jibril ,sungguh api itu akan menuju umatku dan membakar mereka semua.”

Malaikat Jibril datang sambil membawa segelas air kemudian memberikannya kepada Rasulullah ,seraya berkata ,”Wahai Rasulullah ambillah air ini dan percikkan ke api itu.”

Rasulullah menerima gelas itu tersebut lalu memercikkan airnya ke air gumpalan api itu .Seketika api itu padam .Beliau kemudian bertanya kepada Jibril air apakah gerangan itu yang dapat memadamkan api sebesar gunung ?

“Ini adalah kumpulan air mata umatmu yang takut kepada Allah Ta’ala dalam kesendirian.Tuhanmu telah memerintahkan aku untuk mengumpulkannya dan menyimpannya sampai kau memerlukannya untuk memadamkan api yang menuju umatmu,”jelas Jibril.

Menangis bukanlah perbuatan yang tercela .Bukan pula indikasi kerapuhan jiwa.Malah sebaliknya,menangis adalah wujud kepekaan hati ,ketajaman jiwa dan kebeningan perasaan. Orang yang sulit menangis perlu waspada karena di khawatirkan hatinya telah keras ,kering ,dan tak berperasaan.

Sesungguhnya menangis karena takut kepada Allah mempunyai kedudukan yang tinggi.Rasulullah memasukkan orang yang demikian ke dalam kelompok tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari berbangkit kelak.

Kita mengenal Umar bin Khaththab ra sebagai orang yang berkarakter keras .Namun karakter kerasnya itu hanya tampak luarnya saja.Sesungguhnya Umar memiliki perasaan yang halus dan peka .

Setiap kali ada ornag membacakan ayat suci Al-Quran ,dia akan khusuk mendengarkannya .Dan apabila mendengar bacaan ayat tentang siksa akhirat ,hatinya sangat bergetar .Bahkan pernah pingsan.Seperti ketika ada orang membaca ayat :”Sesugguhnya siksa Tuhanmu pasti terjadi .Tidak seorang pun dapat menolaknya .”( Ath-Thur:7-8)

Mendengar itu hati Umar tergetar , hingga kemudian jatuh dari kendaraannya,pingsan .Dia kemudian di bawa pulang oleh para sahabat nya .Konon sejak kejadian itu Umar tidak keluar rumah hingga sebulan.

Para sahabat Nabi adalah orang-orang yang bening hatinya ,sehingga mudah tergetar apabila mengingat kemahabesaran dan kemahaperkasaan Allah .Mereka adalah orang-orang yang memiliki karakter sebagaimana digambarkan pada surat Maryam ayat 58 : “Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada meraka,maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” 


Bagaimana dengan kita? ( Rubrik Hikmah ,Majalah suara Hidayatullah ).



Jumat, 11 Maret 2016

Agar Kita Tidak Merugi

Buletin Jum'at As Salam No. 85 | Desember | 2015

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. Al-Ashr : 1-3)

Surah ini termasuk golongan makkiyah yang diturunkas sesudah surah Asy-Syarh dan terdiri dari tiga ayat. Sayyid Quthb memahami aspek i'jazul Qur'an yang ada pada surah pendek ini yang memang merupakan keistimewaan Al-Qur'an. Sebagai contoh misalnya, irama surah ini menunjukkan satu keserasian dimana pada akhir setiap ayatnya ditutup dengan huruf "ra". Susunan redaksinya juga indah: berawal dari yang terpendek hingga yang terpanjang. Hanya dalam tiga ayat, tergambar dengan gamblang peta dan rambu-rambu kehidupan manusia yang dikehendaki oleh Islam yang berlaku sepanjang zaman dan pada setiap generasi.

Jumat, 04 Maret 2016

Di antara Rezekimu ada Rezeki OrangTuamu

Sore itu Ummu Hamid pulang dengan gelisah. Ia baru ingat. Hari itu tanggal 18, hari terakhir jatuh tempo pembayaran cicilan rumahnya. Ia tau pasti, dana yang terkumpul dari pendapatannya dan suami sangat terbatas.

Meskipun "hanya" kurang dua ratus ribu rupiah, tetap saja Ummu Hamid pening dibuatnya. Sebab dana yang lain tidak bisa diganggu gugat lagi untuk keperluan berbeda.

Sambil menunggu kepulangan suami, Ummu Hamid menelpon ibunya. Sudah menjadi kebiasaannya rutin menghubungi orang tua sejak ia masih kuliah dahulu. Mendadak ia terkejut. Kiriman dana bulanan untuk orangtuanya belum ditunaikan juga.

Jumat, 26 Februari 2016

Ciri-ciri dan Jaminan bagi Orang yang Bertaqwa

Oleh KH. Moh. Usman Yunus
Buletin Jum'at Masjid Roudhotul Musyawaroh Kemayoran Surabaya

Kita di jadikan oleh Allah seorang kholifah dipermukaan bumi ini tidak lain dengan tujuan agar kita mau bersyukur kepada-Nya. Sebagaimana dalam hadis Qudsi Allah SWT telah berfirman yang artinya : "Wahai cucu keturunan adam, jika kamu selalu ingat kepada-Ku berarti kamu mau bersyukur kepada-Ku. Manakala kamu lalai kepada-Ku berarti kamu mengingkari semua nikmat yang Aku berikan kepadamu."

Dunia merupakan ladang perlombaan dan kita semua harus menjadi peserta perlombaan tersebut dan wajib bagi kita untuk mengikuti perlombaan yang diadakan oleh Allah SWT tersebut. Apakah perlombaan ini?

Jumat, 19 Februari 2016

Kesehatan Jasmani dan Rohani


Oleh KH. Ali Maschan Moesa, 
Dakwah Jum'at Al-Akbar Edisi 274 | 11 Maret 2016

Berbicara kesehatan jasmani dan rohani, pada dasarnya sudah berbicara hakekat ajaran Islam, yakni rahmatan lil aalamiin (rahmat bagi seluruh alam). Dari kitab tafsir yang ada, yang dimaksud rahmatan lil aalamiin ada tiga hal. Pertama, an yakuuna kullu fardin mashdara lil khairin li jamaa’atihi (agar masing-mmasing pribadi, menjadi sumber kebaikan bagi kelompoknya). Kedua, iqaamatul 'adaalah (menegakkan keadilan). Pada umumnya mayoritas bicara menegakkan hukum, tetapi dalam kontek Islam penegakan hukum itu alat, instrument untuk mewujudkan suatu keadilan. Sebab bisa saja penegakan hukum itu justeru bertujuan penghianatan terhadap hukum. Sebab itu Rasulullah SAW mengingatkan, bahwa orang yang bekerja di ranah hukum harus hati-hati, karena hakim ada tiga, yang satu masuk surga, sedang yang dua masuk neraka. Ketiga, tahqiiqul mashlahah (mewujudkan kemaslahatan). Dari ketiga itu, intinya kemaslahatan, baik kemaslahatan pribadi maupun umum. Dan kemaslahatan itu bermula dari kesehatan jasmani dan rohani.

Para Ulama menjelaskan bahwa kemaslahatan itu ada lima hal yang paling pokok. Pertama, al muhaafadhah ‘alad diin (menjaga agama). Menjaga kesucian agama, merupakan modal kesehatan lahir dan bathin. Kedua, almuhaafadhah ‘alaa an nafs (menjaga jiwa). Membunuh orang lain tidak dibenarkan, walaupun atas nama Islam. (QS. An Nisa’ [4] : 93). Yang maknanya : Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

Ketiga, al muhaafadotu alan nasl (menjaga keturunan). Keempat, al muhaafadhotul alal aql (menjaga akal). Akal juga harus dijaga. Oleh sebab itulah, kemudian minuman keras diharamkan, karena akan mempengaruhi kesehatan akal. Kelima, al muhaafadhotu alal maal (menjaga harta). Hak milik harta memang Allah, tetapi manusia mempunyai hak pinjam sementara. Maka, tidak boleh harta yang sudah dipinjamkan kepada seseorang, kemudian orang lain mengambil tanpa ijin, karena dia juga harus menjaganya dan nanti akan dipertanggung-jawabkannya.

Dalam menjaga kesehatan jasmani dan rohani, maka Rasulullah SAW lah sebagai suri tauladan yang harus kita contoh. Konon, selama hidup Rasulullah SAW hanya sakit dua kali. Yaitu setelah menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat. Yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang sangat parah, hingga akhirnya meninggal. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasul mengalami sakit lebih dari dua kali.

Berapapun jumlahnya dua, tiga atau empat kali, memperjelas bahwa beliau memiliki fisik sehat dan daya tahan luar biasa. Padahal kondisi alam Jazirah Arabia waktu itu terbilang keras, tandus dan kurang bersahabat. Siapapun yang mampu bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut plus berpuluh kali peperangan yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.

Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Al-Qur’an dan Al-Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan jarang sakit. Diantaranya :

Pertama, selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihkan air liur dan pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Al-Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)

Kedua, tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas). Beliau bersabda : “Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Ketiga, makan dengan tenang, tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang. Apa hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak, tergigit, kerja organ pencernaanpun jadi lebih ringan. Makan pun bisa dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.

Keempat, cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar yang diibutuhkan. Penelitian Daniel F Kripke, ahli psikiatri dari Universitas California menarik untuk diungkapkan. Penelitian yang dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun dengan responden berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur 8 jam sehari memiliki resiko kematian yang lebih cepat. Sangat berlawanan dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari. Nah, Rasulullah SAW biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidak tidur lebih dari 8 jam.

Cara tidurnya pun sarat makna. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan memiringkan tubuh ke kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat. Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk kemudian kembali ke sebalah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien. Pada saat itu makanan berada dalam posisi yang pas dengan lambung sehingga dapat mengendap secara proporsional. Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke liver, baru kemudian berbalik lagi ke sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung. Hikmah lainnya, tidur dengan mirik ke kanan menyebabkan beliau lebih mudah bangun untuk shalat malam.

Kelima, istiqamah melakukan puasa sunnat, di luar puasa Ramadhan. Karena itu, kita mengenal beberapa puasa sunnat yang beliau anjurkan, seperti Senin dan Kami, ayyamul bith (Hari putih tgl : 14,15 dan 16 bulan Hijriyah), puasa Daud, puasa enam hari di bulan syawal dsb. Puasa adalah perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun rohani. Pengaruhnya dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai ampas bahaya sangat luar biasa. Puasa menjadi obat penenang bagi stamina dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Puasa sangat ampuh untuk detoksifikasi (pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh. Dan selain lima cara hidup sehat ini, masih banyak kebiasaan Rasulullah SAW yang layak kita teladani.

Yang tak kalah penting dari ikhtiar lahir. Rasulullah sangat mantap dalam ibadah ritualnya, khususnya dalam Shalat. Beliau pun memiliki keterampilan paripurna dalam mengelola emosi, pikiran dan hati. Penelitian-penelitian terkini dalam bidang kesehatan membuktikan bahwa kemampuan dalam mengelola hati, pikiran dan perasaan, serta intensif dengan Dzat Yang Maha Tinggi akan menentukan kualitas kesehatan seseorang, jasmani maupun rohani.


Wallahu a’lam

Jumat, 12 Februari 2016

Setitis Rezeki

"Wahai anak Adam, beribadalah kepadaKu sepenuhnya, niscaya akan Kupenuhi hati kalian dengan kekayaan dan Kupenuhi kedua tangan kalian dengan rizqi. Wahai anak Adam, jangan menjauh dariKu sehingga akan Kupenuhi hati kalian dengan kefakiran dan Kupenuhi kedua tangan kalian dengan kesibukan." (Hadist Qudsi)

Jumat, 05 Februari 2016

Khazanah Al Hadits : Al Aimmatul Al Mudlilluun

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” 
(HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)

Al Mudlilluun dari akar kata dlalla yadlillu au yadlallu dlalaalan wa dlalaalatan didefinisikan dengan lam yahtadi ilaa thariiqihi au ilaa wajhishshawaab, yakni tidak mendapatkan petunjuk jalannya atau jalan yang benar. Sedangkan al aimmah merupakan bentuk jama' dari imam yakni man yu'tammu bihinnaasu yaitu orang yang dijadikan pemimpin oleh masyarakat. Maka pemimpin yang tersesat juga pasti akan berdampak pada menyesatkan pada umatnya.

Seorang pemimpin adalah seorang yang cakap dan memiliki integritas pribadi yang baik. Oleh karenanya pemimpin yang baik adalah lahir di tengah masyarakatnya.

Jumat, 29 Januari 2016

Kejujuran dalam Bekerja dan Bekerja dengan Jujur


"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (beriman sejati)."
(QS. Al-Hujarat : 15)

"Kalian harus jujur, karena jujur itu bersama-sama dengan kebaktian yang sempurna (birr). Keduanya akan berada di dalam surga. Dan hati-hatilah kalian dengan berbohong karena bohong itu bersama-sama perbuatan dosa yang terus-menerus (fujur). Keduanya akan masuk neraka. Dan mintalah kalian keyakinan dan perlindungan dari segala penyakit kepada Allah. Karena seseorang setelah diberi keyakinan akan lebih baik daripada diberi perlindungan dari segala penyakit. Dan janganlah kalian saling hasut, saling membenci, saling memutuskan (tali silaturahmi), saling membenci, saling membelakangi, serta jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana Allah perintahkan kepada kalian."
(HR. Imam Bukhari, Imam Ahmad, dan Ibnu Majah)

Jumat, 22 Januari 2016

Lima Resep Agar Hidup Kita Lebih Terarah

Oleh KH. Drs. Abdullah Hasan 
Buletin Jum'at Masjid Roudhotul Musyawaroh Kemayoran Surabaya
4 Rabiul akhir 1437H

Dalam surat Yasin kita diingatkan oleh Allah : "Dan barangsiapa yang kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadaiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkan?" Ayat ini mendorong kita agar kita mau muhasabah (mengoreksi diri) yang pada hakekatnya dengan bertambahnya usia kita maka sebenarnya usia kita dikurangi satu tahun oleh Allah SWT, hal itu artinya ajal kita semakin dekat untuk menjemput diri kita.

Jumat, 15 Januari 2016

Menjaga Diri dengan yang Halal

Oleh KH. Aziz Hasanan
Masjid Al Muhajirin - Pemerintah Kota Surabaya
20 Rabiul Awwal 1437 H


Rasulullah SAW bersabda :
"Akan datang kepada manusia suatu zaman, yaitu seseorang tidak lagi memperdulikan dari mana ia mengambil hartanya, apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram". 
(HR. Muslim)

WASIAT TAQWA KEPADA ALLAH SWT.

Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaqwaan. Dan marilah menuntut ilmu karena ilmulah yang telah diwajibkan Allah terhadap diri kita. Yaitu ilmu yang berupa hukum-hukum agama. Dengan begitu kita akan selalu beribadah sesuai dengan yang telah disyari'atkan Allah dan kita akan semakin mampu berpegang teguh dengan agama-Nya. Sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Jumat, 08 Januari 2016

Instropeksi Potensi Diri di Awal Tahun ini

DASA Dakwah & Sosial Al-Jihad 
Edisi : 047/ Rabiul Awal 1437H
KH. Much Imam Chambali

Di awal tahun 2016 ini, kebanyakan dari seluruh penjuru dunia bereuforia merayakan awal tahun baru. Tapi daripada larut dalam euforia perayaan tahun baru lebih baik momentum yang baik ini kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Kita jadikan momentum ini sebagai sarana koreksi dan peninjauan terhadap amal perbuatan kita pada tahun 2015, kita tinjau terlebih dahulu buku catatan amal perbuatan kita. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh amirul mukminin Umar ibn Khattab r.a. "Perhitungkanlah dirimu sendiri sebelum nanti dirimu diperhitungkan", sebagai bentuk  persiapan menghadapi yaumul hisab (hari penghitungan) maka instropeksi sangat diperlukan dan memang dengan melakukan instropeksi akan memberi dampak yang sangat baik bagi kita dan dapat memicu diri sendiri untuk melakukan perbaikan menuju lebih baik. Dalam haditsnya Rasulullah SAW telah memberi petunjuk bagaimana metode dalam melakukan instropeksi dan siapa saja jenis-jenis manusia setelah melakukan instropeksi.

Jumat, 01 Januari 2016

Dialog : Taat Kepada Allah, Rasulullah dan Ulil Amri

Oleh : DR. H. Abdus Salam Nawawi, M.Ag

PERTANYAAN

  1. Jika seorang pemimpin bukan muslim, ketaatan yang bagaimana yang harus diterapkan?
  2. Kita punya kewajiban untuk menyampaikan kebenaran kepada siapapun. Sementara negara mengakui beberapa agama, bagaimana menyikapinya?
JAWABAN