Jumat, 25 Desember 2015

Taat Kepada Allah, Rasulullah dan Ulil Amri

Oleh : DR. H. Abdus Salam Nawawi, M.Ag

Dan Katakanlah : "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Q.S. Al Kahf [18] :29)

Ayat tersebut menjelaskan, bahwa Allah meletakkan aturan dan menempatkan manusia sebagai figur yang merdeka. Merdeka dalam memilih untuk beriman atau kafir. Suatu pilihan yang menuntut tanggung jawab dan penuh konsekuensi. Dua pilihan ini memiliki dua ruang yang saling bertolak belakang. Beriman itu adalah cerminan sikap taat, sedang kafir itu cerminan dari sikap membangkang. Karenanya, siapa yang memilih iman, maka substansi dari keseluruhan yang dituntut darinya itu adalah taat. (Q.S. An Nisa [4] : 59)

Jumat, 18 Desember 2015

Jadikan Amal Tetap Bernilai

"Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai apa yang diniatkan, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang akan didapatkan atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari Muslim)

Ibnu Rajab berkata, "Niat menurut para ulama mengandung dua maksud, Pertama,

Jumat, 11 Desember 2015

Tema Pembicaraan Kita

Apa yang keluar dari mulut kita, secara alamiah dan sukarela, pada dasarnya adalah cerminan murni isi jiwa kita sendiri. Ia merefleksikan apa yang mejadi kecenderungan diri kita, baik dalam waktu sesaat maupun berkelanjutan. Ia bisa jadi menggambarkan segala rasa cinta maupun benci, memperlihatkan seluruh harapan maupun kecemasan, menyingkap sekian banyak rahasia dan misteri.

Oleh karenanya, Allah memberitahu kita, bahwa kemunafikan yang sebenarnya sangat tersembunyi di dasar hati pun dapat dilacar dari kata-kata dan tema pembicaraan seseorang. Allah berfirman,

Jumat, 20 November 2015

Tips Mencari Kerja Dalam Islam

Buletin Dakwah At-Takhobbar Edisi 172 Tahun IV

"Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya. (QS. Al-Hijr : 20)

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah." (QS. Al-Baqarah : 172)

Islam menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang dipercaya sebagai khalifah, yaitu mengemban amanat Allah untuk memakmurkan kehidupan di dunia (QS. al-An'am 6 : 175 ; Hud 11:61). Untuk itu manusia diberi potensi dan kemampuan lebih dibanding makhluk-makhluk lain dengan cara memanfaatkan potensi alam dan bekerja sebagai sarana untuk mencari keridhaan Allah SWT. Islam juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras dan beramal shaleh, hasil dari pekerjaannya untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. (QS. al-Kahfi 18 : 110) seraya tetap mengikuti petunjuk Allah dan memegang prinsip-prinsip bekerja sesuai dengan kaidah syariah dan ajaran agama Islam.

Ada beberapa tips mencari kerja dalam Islam, yang akan kami uraikan satu persatu, antara lain : 

Jumat, 13 November 2015

Menebar Sejuta Manfaat

Al-Qalam No. 42/2015

Ibarat panggung raksasa, Bukit Uhud menjadi pentas bagi para sahabat Nabi Muhammad SAW untuk mendemonstrasikan keimanan mereka. Saat itu, atas takdir Allah, situasi perang tiba-tiba berbalik arah. Kaum Muslimin yang tadinya di ambang kemenangan, mendadak kocar-kacir atas gempuran musuh dari arah belakang bukit. Banyak sahabat yang gugur dalam pertempuran itu. Nabi sendiri sampai terluka akibat menjadi sasaran amuk dendam pasukan kafir Quraisy Makkah ketika itu.

Ialah Thalhah bin Ubaidillah Ra, salah seorang sahabat

Jumat, 30 Oktober 2015

Do'a Agar Terbebas dari Kesulitan Hidup

Oleh KH. Abdurrahman Nafis. Lc. M.HI (Buletin Jum'at Masjid Roudhotul Musyawaroh Kemayoran Surabaya)

Kalau diri kita dirundung suatu kesedihan maka diri kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk selalu berdo'a kepada Allah dan melakukan ikhtiar (usaha). Dan antara do'a dan ikhtiar tidak bisa di pisahkan satu dengan yang lainnya, seperti apa yang dikatakan oleh sahabat Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu 'anhu : "Pada suatu hari Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam masuk masjid . Tiba-tiba ada seorang sahabat bernama Abu Umamah radhiyallahu 'anhu sedang duduk di sana. Beliau bertanya : "Wahai Abu Umamah, kenapa aku melihat kau sedang duduk di luar waktu sholat?" Ia menjawab : "Aku bingung memikirkan permasalahan hidupku dan hutangku, wahai Rasulullah." Beliau bertanya : "Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah do'a yang apabila kau baca maka Allah ta'aala akan menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?" Ia menjawab : "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda," Jika kau berada di waktu pagi maupun sore hari bacalah do'a :

Jumat, 23 Oktober 2015

Petunjuk Allah dalam Menghadapi Cobaan Hidup

Oleh : Drs. H. M. Roziqi, MM - Dakwah Jum'at Al Akbar Edisi 243 | 22 Syawal 1436 H

Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Kondisi seperti itu merupakan sunnatullah (telah digariskan oleh Allah). Pasang surut kehidupan, kebahagiaan dan kesusaahan, sehat dan sakit, kesuksesan dan kegagalan silih berganti mewarnai perjalanan hidup manusia. Karenanya, janganlah merasa aneh dan kaget jika menemui kondisi demikian. Itulah yang disebut roda kehidupan. Ibnu Athaillah, dalam kitabnya "Al Hikam" mengatakan :

Jumat, 16 Oktober 2015

Melembutkan Hati yang Mulai Mengeras

Para pembaca budiman yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala, ketika hati kita sudah enggan untuk melakukan sebuah amalan shalih, ketika hati kita tidak tergerak untuk melakukan kebaikan, maka kita harus segera menyadari bahwa hati kita sudah mulai mengeras. Bisa jadi kita tidak segera menyadarinya maka hati kita bisa menjadi batu bahkan menjadi mati. Kita harus segera kembali mencari cara agar hati kita bisa lembut kembali. Mencari jalan keluar agar hati kita bisa menggerakkan anggota badan kita agar bisa melakukan amalan-amalan shalih.

Kita harus memahami benar-benar cara agar hati kita segera lembut. Maka dari itu, agar hati kita bisa lembut kembali, atau bahkan agar hati senantiasa lembut maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Jumat, 09 Oktober 2015

Harap dan Cemas dengan Cara yang Pas

Lembar Jum'at al-Qalam No. 32/2015

Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melawat seorang pemuda yang sedang sakit keras.
Pemuda itu merasa ajalnya sudah hamper tiba. Sehingga ketika Rasulullah menanyakan keadaannya, pemuda itu menjawab, “Aku mencemaskan dosaku yang banyak dan berharap rahmat Allah, Tuhanku.”
Mendengar jawaban itu Rasululah bersabda,

Selasa, 06 Oktober 2015

Dialog “Amalan Substansial”


Oleh DR. KH. A. Musta’in Syafi’e. MAg. Al Hafizh – Dakwah Jum’at Al Akbar Edisi 249 – 24 Dzulhijjah 1436H

Pertanyaan
  • Amalan aoa yang pada zaman sekarang ini bisa diandalkan?
  • Umat Islam mempunyai panduan yang sempurna yaitu Al-Qur’an. Dengan panduan Al-Qur’an tersebut kehidupan dunia akan menjadi baik (Islami), namun kenyataan saat ini kehidupan Negara non muslim justeru lebih Islami disbanding Negara muslim sendiri. Bagaimana menurut Ustadz?


Jawaban

  • Nabi Muhammad adalah utusan Allah untuk menjadi guide (pemandu) bagi umatnya. Seorang guide harus lebih tahu liku-liku tempat yang menjadi tujuan, bahkan segala instrument yang bisa mengantar ke tempat tujuan tersebut. Seperti jasa travel yang tentu dia lebih tahu kondisi tempat tujuan, sehingga bagi konsumen yang akan menggunakan jasa tersebut telah diberitahu segala apa yang dipersiapkan untuk mendukung dan kebutuhan yang diperlukan di tempat tujuan. Seorang yang akan pergi ke akhirat, harus melalui guide nya, karena dialah yang lebih tahu akan persiapan menuju ke sana. Dan akhirat itu, sudah ada taripnya sendiri-sendiri, sehingga surge itu bisa dibooking mulai sekarang (dunia). Maka beruntunglah kepada orang yang kaya, mereka sudah diberi kesempatan Allah untuk membeli surga. Sehingga, menjadi orang kaya, kok sampai tidak masuk surge, berarti sudah keterlaluan. Apa yang disampaikan Rasul, pasti sama dengan yang diinginkan Allah. Dan Allahlah yang lebih tahu tentang akhirat, surge, neraka, dll dan segala yang diperlukan untuk berangkat ke sana.


Amalan andalan seorang muslim tidak harus membutuhkan biaya besar. Masing-masing mempunyai tingkatan tersendiri. Seorang yang menjadi pemangku kebijakan, maka amalan andalannya adalah kebijakan yang adil. Ilmuwan, amal andalannya adalah ilmunya bisa bermanfaat bagi orang lain. Orang kaya, dermawan. Orang miskin adalah doanya mustajabah (di terima) maka peluangnya adalah mengandalkan doanya untuk mendoakan orang lain.

  • Allah sebagai Tuhan semesta alam, merespon semuanya, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Mereka diberi fasilitas dan kesempatan yang sama di dunia. Manusia diciptakan atas kehendak-Nya, maka Dia sangat sayang dan tanggungjawab terhadap segala fasilitasnya. Karena itu, kitab suci yang diturunkan (Al-Qur’an) bukan khusus untuk umat Islam. Jadi, kitab suci Al-Qur’an adalah kitab suci panduan bagi seluruh umat manusia (hudan lin naas). Dan tentu juga panduan khusus kepada orang yang bertaqwa (hudan lil muttaqin). Bedanya, kalau bagi orang bertaqwa bisa memanfaatkan Al-Qur’an universal baik, dunia maupun akhirat, tetapi kalau non muslim, memanfaatkan Al-Qur’an hanya untuk dunia saja. Seorang peneliti di Seoul Korea menugaskan para peneliti yang lain untuk mencari kitab yang berbicara masalah kulit. Tetapi kemudian ditemukan dalam Al-Qur’an yang membicarakan sifat kulit, namun konteknya di neraka (QS. An Nisaa’ [4] : 56).



Bagi umat Islam, ayat ini konteknya dalam rangka umat Islam takut akan masuk neraka, karena siksaan yang begitu menakutkan, agar lebih bertaqwa, sehingga terhindar darinya. Tetapi, bagi non muslim yang ilmuwan, memandang bahwa itu infromasi dari kita suci bahwa kulit itu mempunyai sifat peremajaan. Maka di Korea lah yang sangat maju dalam dunia kulit, sehingga operasi plastic menjamur di mana-mana. Alangkah idealnya jika, umat Islam memanfaatkan kedua-duanya. Pertanyannya, apakah orang yang tidak beriman tersebut mendapat pahala? Jawabannya pasti dibalas oleh Allah sewaktu di dunia, baik itu kehormatannya, kesehatannya ataupun bisnisnya, karena Allah tidak pernah ingkar janji. Tetapi urusan akhirat akan terbentur dengan paspor iman.

Jumat, 02 Oktober 2015

AMALAN SUBSTANSIAL


Oleh DR. KH. A. Musta’in Syafi’e. MAg. Al Hafizh – Dakwah Jum’at Al Akbar Edisi 249 – 24 Dzulhijjah 1436H

Allah berfirman dalam surah Al-Insaan [76] : 1 yang maknanya : Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang Dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Ayat ini seolah menyindir agar umat manusia kembali melihat dirinya. Sesungguhnya sebelum kita ada di dunia ini dulu kita ada di mana? Al-Qur’an memberi isyarat, bahwa manusia itu sebelumnya tidak pernah disebut, kemudian ada. Lalu oleh Al-Qur’an diingatkan, tentu ada tujuan yang sangat besar. Kesementaraan manusia berada di dunia ini, bisa dibandingkan dengan sesuatu di luar manusia itu sendiri. Perabot rumah tangga yang berada di rumah, lebih lama mendiami di dunia ini dibanding manusia. Untuk itu, orang tidak perlu membicarakan awal mulanya. Justeru agama menekankan bagaimana akhirnya. Tidak dipersoalkan kita lahir dari siapa, kiai, ustadz, orang miskin, orang kaya, bahkan anak pezina sekalipun, tidak dipersoalkan, tetapi yang dipersoalkan adalah akhir hayatnya, membawa keimanan atau tidak. Sehingga, tidak ada jaminan seorang kita mati dalam khusnul khatimah. Namun, amalan-amalan kita yang kontinyu, yang mengarah kepada kebajikan, itulah yang menuntun kita khusnul khatimah menghadap kepada-Nya.

Untuk itu, dibutuhkan kecerdasan dalam amal. Sehingga seorang muslim dituntut untuk beramal substansial, tidak tergoda dengan amalan-amalan formalitas belaka. Studi Al-Qur’an pernah bertanya, kenapa surah perdana, Al-Alaq, justeru turunnya di Goa Hira’. Kenapa Allah tidak menurunkan surah perdana di tempat yang ramai, tempat yang menjadi sentral manusia berkumpul seperti di Ka’bah. Padahal umumnya kita, jika akan launching sebuah produk atau sebuah komunitas, pasti memilih tempat-tempat yang glamour, biar lebih cepat dikenal oleh masyarakat. Peran substansial membuktikan bahwa di samping memang sudah taqdir Allah, jika kita mencoba menalarnya, ternyata di Goa Hira’ itulah tempat Rasulullah SAW berikhtiar untuk mendownload hidayah dari Allah, melalui riyadhah. Itu bisa diartikan bahwa hidayah, prestasi keimanan, amalan-amalan itu bukan ditunggu, tetapi diikhtiari.

Salah satu godaan orang dalam hal mengumpulkan prestasi amal-amal yang baik, jangan sampai terjebak pada seremoni atau formalistik, yang sangat rawan berpotensi riya’. Syarat orang beramal yang pertama adalah niat, walaupun sudah berusaha niat dengan ikhlas, tetapi belum selesai sampai di situ saja, karena di tengah mengerjakan itu syetan hadir dengan khannas (timbul tenggelam), ditiup kemudian dibiarkan dst. Unsur riya’ sedikit saja akan menghilangkan amal substansial. Sebagai contoh, yang menjadi tren sekarang adalah orang bershalawat di mana-mana. Para Habib turun mengumandangkan shalawat di mana-mana. Maka, syetan hadir, benarkah mereka shalawat atau hanya show dalam shalawat. Pedomannya adalah bahwa bershalawat itu harus dalam keadaan hudhuur (hatinya hadir) kepada Rasulullah SAW. Kalau kita menyuguhi minuman kepada seorang kiai, tentu dengan adab yang sangat sopan, tidak mungkin dengan cengengesan. Jadi, hakekat membaca shalawat yang substansial, yaitu mengahturkan shalawat kepada Rasulullah SAW dengan penuh khusyu’. Jika unsur musik, unsur cengengesan lebih dominasi dibanding unsur hudhuurnya, maka artinya bernyanyilah lebih banyak dari pada bershalawat.

Ketika istighatsah digelar untuk memohon kepada Allah, yang dilambangkan seperti orang yang mengerjakan shalat istisqa’, sehingga yang hadir harus menggunakan tsiyaabul fadhlah (pakaian sederhana), bahkan sebelumnya diusahakan untuk puasa dahulu. Dalam majelis itu seluruhnya khusyu’ memohon kepada Allah untuk segera diberi air hujan. Istighatsah seharusnya seperti itu, namun akhir-akhir ini menjadi ajang tersendiri, yakni digunakan untuk pementasan para pejabat di hadapan rakyatnya. Sangat disayangkan, padahal sebagaimana firman Allah dalam surah Al Anfaal [9] : 9.
Siapapun yang secara bersama-sama memohon kepada Allah, dengan cara yang bagus,maka Allah akan mengabulkannya. Artinya jika ada kelompok orang yang melakukan istighatsah kemudian tidak mendapat ijabah, maka perlu dipertanyakan apakah mereka melakukan itu hanya substansial ataukah hanya formalistik.

Bulan lalu, jamiyah NU bermuktamar, dan dalam waktu bersamaan Muhammadiyah juga bermuktamar, dan hampir bersamaan pula MUI juga bermusyawarah besar. Namun semuanya tidak ada yang mengangkat masalah tentang “pengentasan kemiskinan” menjadi rekomendasi utama mereka. Yang ada hanya Islam Nusantara, Islam berkemajuan, Peradaban, dll. Padahal substansi keagamaan menurut surah Al Maauun [107] , pendusta agama itu bukanlah mereka yang malas melakukan shalat, tetapi mereka yang terdepan, orang yang menjadi pendusta agama adalah orang yang tidak mempunyai kepedulian sosial. Sementara, ahli ekonomi menghitung biaya ke Makkah yang digunakan umat Islam untuk umrah dan haji dalam satu tahun sekitar 170 triliun. Artinya Islam mengedepankan, bahwa amal substansial yang bisa bermanfaat bagi orang lain lebih dilihat oleh Allah dibanding dengan bermanfaat bagi diri sendiri.

Terakhir, sebaiknya seorang muslim mempunyai amal andalan. Artinya seorang muslim hendaknya ibadahnya tidak hanya rutinitas saja tetapi harus mempunyai amal yang diyakini dalam diri kita sendiri bahwa amal itulah yang berpotensi bisa menghantarkan kita masuk surga dengan amalan itu.

Jumat, 25 September 2015

Tak Takut Celaan, Tak Haus Pujian

Oleh KH. Moch Imam Chambali - Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad

Setiap perbuatan yang dilakukan manusia mengandung konsekuensi dipuji atau dicela. Dipuji oleh satu pihak, dicela oleh pihak yang lain. Tak ada satupun tindakan yang dipuji oleh semua manusia, meskipun itu tindakan yang sangat-sangat baik. Tak satupun pula tindakan yang dibenci oleh semua manusia di dunia, meskipun itu tindakan yang jelas jahat dan buruk.

Karena itu, mengharapkan ridlo dan dukungan semua manusia hanyalah khayalan semata.

Jumat, 18 September 2015

Musuh tapi jadi Idola


“Kalian pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamubahkan jika mereka masuk ke dalam lubang biawakpasti kalian ikut,” sabda Rasul SAW suatu ketika. “(MaksudnyaYahudi dan Nasraniwahai Rasulullah!, “tanya para sahabatJawab Nabi SAW, “Siapa lagi!” Dialog bersejarah ini direkam Imam Bukhari dalam kitab Shahih-Nya.

Paradoks. Ketika kita “bekoar” hingga “berbusa-busa” menyebut Yahudi dan Nasrani sebagai musuhsadar atau tidakberbagai tradisibudaya dan gaya hidup mereka kita anut.

Rabu, 16 September 2015

MENSYUKURI NIKMAT KEHIDUPAN


Syukur : Sebuah Renungan

Mampukah kita menghitung nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang telah kita dapat hingga saat ini?Tentulah, TIDAK! Menghitung jumlah nikmat-nikmat dalam sedetik saja kita tidak mampu, terlebih sehari bahkan selama hidup kita di dunia ini. Tidur, bernafas, makan, minum, bisa berjalan, melihat , mendengar, dan berbicara, semua itu adalah nikmat dari Allah Ta’ala, bahkan bersin pun adalah sebuah nikmat. Jika dirupiahkan sudah berapa rupiah nikmat Allah itu?Mampukah kalkulator menghitungnya? Tentulah, TIDAK! Sudah berapa oksigen yang kita hirup? Berapa kali mata kita bisa melihat atau sekedar berkedip? 

Jumat, 11 September 2015

Kebodohan Penyakit yang Membinasakan


Oleh KH. Syukron Djazilan Badri – DASA Dakwah & Sosial Al-Jihad. Edisi 030 Dzulqo’dah / 2015

Bodoh adalah salah satu penyakit hati yang sangat kronis dan sangat mengerikan dampaknya. Namun sering dan mayoritas penderitanya tidak merasa kalau dirinya sedang terjangkit penyakit berbahaya ini. Penyakit bodoh ini akan memunculkan penyakit-penyakit hati lainnya, seperti

Senin, 07 September 2015

Selarik Pinta kepada Allah Ta'ala (Lanjutan - Selesai)


Betapa pun kita mengetahui dengan baik dengan memahami secara mendalam betapa pertolongan Allah Ta’ala sangat dekat, juga betapa bersama satu kesulitan ada berbagai kemudahan, tak akan ringan hati kita menghadapinya jika tak meyakini. Sangat berbeda antara tahu, paham dan yakin. Alangkah banyak orang yang memahami dan mampu menjelaskan dengan baik, tapi tak ada keyakinan dalam dirinya sehingga musibah dunia yang kecil saja sudah sanggup mengguncangkan jiwanya.
Jadi,

Jumat, 04 September 2015

Selarik Pinta kepada Allah Ta'ala


Ada do'a yang diajarkan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Inilah do'a yang sepatutnya kita memohonkan kepada Allah subhaanahu wa ta'ala sepenuh pengharapan seraya menghayati maknanya. Alangkah banyak do'a yang terucap secara lisan, namun manusia tak menyadari apa yang ia minta, tidak pula mengambil pelajaran darinya. Do'a yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam itu adalah :

Jumat, 21 Agustus 2015

Toleransi Sebagai Basis Kerukunan Beragama


Oleh KH. Syukron Djazilan Badri (Dasa – Dakwah dan Sosial Al-Jihad Edisi 028/Syawal/2015)

Manusia diciptakan Allah SWT bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal di antara sesama. Perbedaan di antara manusia adalah sunnatullah yang harus selalu dipupuk untuk kemaslahatan bersama. Perbedaan tidak melahirkan dan menebarkan kebencian dan permusuhan. Sebagaimana dalam Surat al Hujarat Allah telah bersabda : “Hai manusia, sesungguhnya Kmi menciptakan kamu dari seorang laku-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (QS. Al Hujarat : 13)
Semua makhluk yang ada di dunia ini diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang berbeda-beda, dari hal yang terkecil sampai dalam kategori yang sangat besar. Hal ini bukan berarti Allah menciptakan sesuatu dengan pilih kasih, yang mempermudah salah satu diantara makhluk Allah di dunia ini. Dengan perbedaan inilah mewujudkan sebuah komunitas yang lengkap dan saling melengkapi dari semua kekurangan. Dengan kekurangan yang kita miliki bisa dilengkapi oleh orang lain yang dengan kemampuan yang berbeda pula.

Jumat, 14 Agustus 2015

PERBUATAN YANG MENDATANGKAN AZAB ALLAH

Oleh : KH. Drs. Soleh Sahal, Buletin Jum'at Masjid Roudhotul Musyawaraoh Kemayoran Surabaya
Edisi : 30/TH XXIV

Diantara perilaku yang akan mendapatkan adzab dan siksa dari Allah SWT diantaranya yang pertama adalah perilaku sombong, baik sombong kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Diantara prilaku sombong adalah tidak membiasakan diri untuk berkomunikasi dengan orang lain, bersifat pendiam dan bersifat pendendam. Dalam suatu hadistnya Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat kesombongan walaupun sebesar atom."

Jumat, 31 Juli 2015

Istiqamah Pasca Ramadhan


Hari ini kita berada dalam suasana ceria di hari raya. Hari ketika di waktu pagi kita bersama keluarga pergi menuju lokasi shalat 'Id dengan hati gembira. Dalam perjalanan itu para malaikat menunggu di mulut jalan seraya mendoakan orang-orang Muslim yang pergi menuju lokasi shalat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Jika tiba hari Idul Fitri, para malaikat berdiri di pintu-pintu jalan seraya berseru, 'Pergilah wahai orang-orang Muslim kepada Rabb yang Mahamulia, yang mengaruniakan kebaikan, kemudian memberikan pahala yang melimpah. Kalian telah diperintahkan menjalankan shalat malam dan kalian mengerjakannya. Kalian diperintahkan berpuasa pada siang hari dan kalian mengerjakannya. Kalian menaati Rabb kalian, maka tahanlah pemberian kalian.'

Jumat, 24 Juli 2015

Bila Ramadhan Telah Usai


Di bulan Ramadhan, rumah-rumah Allah ramai dikunjungi, al-Qur'an dibaca kembali anak-anak yatim terkunjungi, kaum fakir tersantuni, tempat maksiat menutup diri, penyiar dan pelawak di televisi pun dijilbabi.

Kini masjid-masjid itu kembali sepi, karena para jamaahnya telah pindah lokasi. Imam para jamaahnya pun telah berganti menjadi pesawat televisi. Lihatlah, para jamaahnya tak lagi menata shafnya di masjid, tapi sibuk berkerumun di hadapan imamnya, menikmati sinetron-sinetron picisan. Jilbab-jilbab para pemainnya telah dilipat dalam lemari, untuk dikenakan entah kapan lagi.

Jumat, 10 Juli 2015

Hidup Mulia Dengan Islam


oleh Prof. DR. Ir. H. Abdullah Shahab, M.Sc dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya Edisi 206 | 28 Muharram 1436H / 21 November 2014

Membahas tentang atribut tertentu dalam hal ini "mulia" yang disematkan dalam substansi tertentu dalam hal ini "manusia", akan jauh pengertian yang sebenarnya kalau tidak membahas terlebih dahulu tentang apa itu manusia dan apa itu mulia. Banyak orang yang berupaya mendefinisikan tentang manusia. Bahkan definisinya agak terlalu jauh dengan apa yang diinginkan oleh Allah SWT. Biasanya orang mengatakan dengan didahului dengan kata-kata binatang. Misalnya : manusia adalah binatang yang berdiri tegak. Manusia adalah binatang yang berfikir. Manusia adalah binatang yang bekerja dengan tangannya. Manusia adalah binatang yang memiliki tulang punggung belakang. Manusia adalah binatang yang melontarkan pertanyaan, dlsb. Pengertian seperti ini adalah jauh dari yang digariskan oleh Allah SWT. Karena kalau kita lihat dari pandangan agama islam, manusia itu mulia. Ada agama tertentu yang berkeyakinan bahwa manusia itu hidupnya terkutuk di dunia ini. Jadi ketika lahir ke dunia, dia membawa kesengsaraan hidup. Untuk itu, dia perlu diselamatkan dengan datangnya sang juru selamat. Dalam pandangan Islam, manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan mulia. (QS. Al Hijr : 28-29)

Senin, 06 Juli 2015

Dialog "Makna Sholat, Historis dan Filosofis"


oleh Prof. DR. H. Burhan Jamaluddin, MA dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya Edisi 233 | 10 Sya'ban 1436H / 29 Mei 2015

Pertanyaan : 

1. Yang khatib jelaskan tadi tentang filosofis gerakan sholat. Adakah makna filosofis fentang jumlah rakaat dalam sholat lima waktu?

2. Bagaimana cara melaksanakan sholat dengan khusyu'?

Jawaban : 

Jumat, 03 Juli 2015

Makna Sholat, Historis dan Filosofis


oleh Prof. DR. H. Burhan Jamaluddin, MA dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya Edisi 233 | 10 Sya'ban 1436H / 29 Mei 2015

Secara Historis, Shalat yang pertama kali yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dan pengikutnya pada saat di Makkah adalah shalat malam (QS. Al Muzammil [73] : 1-4), maknanya : 1. Hai orang yang berselimut (Muhammad). 2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) 3. (yaitu) seperdunya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. 4. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.

Jumat, 26 Juni 2015

Jumat, 19 Juni 2015

Sunnah Siapakah Ini?

Suatu hari, ketika berkumpul bersama sebagian sahabatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti sunnah-sunnah kaum sebelum kalian jengkal demi jengkal, dan hasta demi hasta, sehingga andaikan mereka masuk ke liang biawak sekalipun, niscaya kalian akan turut juga masuk ke sana!”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, (apakah yang Anda maksud adalah) kaum Yahudi dan Nasrani?”
Beliau menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Sungguh menarik. Dalam hadist ini Rasulullah menyebut bahwa

Jumat, 05 Juni 2015

Birrul Walidain : Kunci Sukses Kehidupan


وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS Luqman (31:14))

Pengertian Birrul Walidain

Senin, 01 Juni 2015

Dialog "ESSENSI SOLAT DALAM KEHIDUPAN"


Oleh Dr. H. Ladzi Safrani, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Pertanyaan :

1. Ketika shalat Tarawih, ada jamaah yang kurang memperhatikan tuma'ninah, sehingga secara kualitas berkurang. Bagaimana cara memperbaiki kualitas berjama'ah yang seperti itu, terutama yang berada di desa-desa?

2. Saya melaksanakan shalat Shubuh dan Ashar berjamaah di masjid, sedang Dhuhur, Maghrib dan Isya' saya berjamaah di rumah. Apakah yang saya lakukan itu berbeda kualitasnya?

3. Saya pernah membaca bahwa di antara cara untuk mencapai khusyuk dalam shalat adalah dengan memahami bacaannya, namun karena bacaan shalat berbahasa arab, maka kita yang bukan Arab ini kesulitan. Bagaimana solusinya?

4. Menurut fatwa MUI, bahwa bank konvensional itu haram, karena sudah ada bank syariah sebagai alternatif. Apa yang harus dilakukan jika anggota keluarga kita bekerja di bank konvensional tersebut?

Jawaban : 

Jumat, 29 Mei 2015

ESSENSI SOLAT DALAM KEHIDUPAN


Oleh Dr. H. Ladzi Safrani, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Amal hamba yang pertama diperiksa pada hari kiamat adalah shalat. Jika sempurna shalatnya maka sempurna amal yang lainnya. (HR Ahmad). Shalat adalah tolak ukur utama untuk menentukan bagus tidaknya amalan seseorang, begitu kurang lebih maksud sabda Rasul SAW tersebut.

Sebagai ibadah wajib, shalat berbeda dengan ibadah yang lainnya. Dalam Al-Qur'an kata perintah yang dipakai oleh Allah untuk mewajibkan perintah shalat memakai kata iqoma yang artinya

Jumat, 22 Mei 2015

Membiasakan Hati Dengan Sifat Sabar


Kesabaran merupakan salah satu sikap mulia yang sangat dibutuhkan setiap muslim dalam kehidupannya di dunia ini. Setiap aktivitas dan tekad yang akan dijalankannya harus di bangun di atas prinsip yang satu ini. Jika tidak, maka hidupnya akan terombang - ambing tak tentu arah. Dalam mengarungi bahtera kehidupan, seseorang harus membiasakan diri untuk menghadapi segala yang tidak ia kehendaki tanpa rasa panik dan kalut. Ia juga harus melatih diri untuk bersabar menunggu hasil dari suatu pekerjaan sekalipun lama,

Jumat, 15 Mei 2015

PINTU-PINTU PEMBUKA RIZKI

Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka dan yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggalkan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.

Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan

Jumat, 08 Mei 2015

Hanya ALLAH TEMPAT BERGANTUNG

Pernahkah kita merasa begitu gundah? kehilangan arah kemana kaki melangkah? lalu tiba-tiba pikiran jadi kacau, stress, depresi, resah dan sejenisnya? tentu hampir setiap orang pernah mengalaminya. Ibarat air laut, kadang pasang dan kadang surut, ibarat roda yang selalu berputar, kadang hidup di atas, dilain waktu berpindah ke bawah.

Bisa saja kita menganggap hal itu hanya rutinitas hidup belaka. Tapi rutinitas bukan berarti kita tidak perlu mencari arti rahasia dibalik itu semua. Yang paling mendasar diantaranya adalah

Jumat, 01 Mei 2015

Husnudzan (Berperasangka Baik)


"Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka, Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. al-Bukhari dan Muslim)".

Makna Husnudzan

Jumat, 24 April 2015

Agar Nikmat Allah Bertambah



Ada sebagian manusia yang Allah cukupkan (bahkan lebih) nikmatnya pada satu sisi dimana orang-orang lain belum mendapatkannya. Misalnya soal harta. Keadaan yang demikian sesungguhnya tidak bisa dipandang bahwa Allah tidak adil dalam memberikan rizki kepada hamba-hamba-Nya.

Setidaknya kita bisa menyebutkan tiga hikmah dari kebajikan Allah yang demikian. Pertama,

Jumat, 17 April 2015

MENJADIKAN HATI BERSIH DAN BENING

Oleh KH. Abdullah Shodiq

Haruslah setiap saat bahwa kita mengakui dan menyadari untuk menjadikan Allah SWT sebagai pusat kehidupan, mina Allah, ila Allah, ma'a Allah dan lilLah SWT. Bukan sekedar kesadaran dalam perkataan semata. Akan tetapi kesadaran itu harus merasuk ke dalam setiap dimensi kehidupan. Saat tidur maupun bangun tidur, sedang bekerja maupun bersantai. Bila sedang sendiri maupun sedang bersama dengan teman yang lain. Hidup kita selalu berada bahwa Allah adalah pusat segalanya. Bila kesadaran ini di jaga maka akan muncul sikap muraqobah (sadar penuh merasa diintai oleh Allah SWT). Sikap muraqobah itu akan menjaga kita dari berbuat jahat dan berbuat dosa. Sikap itu pula yang akan menghindari kita dari sikap putus asa.

Dalam Al-Qur'an surat Al-Hadid ayat 4 Allah SWT telah berfirman yang artinya :

Senin, 13 April 2015

Tanya Jawab "PETUNJUK RASULULLAH TENTANG ALAM KUBUR"


Oleh : Dr. H. Zainuddin MZ, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Pertanyaan :

Ada seorang yang berpendapat, bahwa adzab kubur dan nikmat kubur tidak ada, Syafaat Rasulullah SAW juga tidak ada. Bagaimana menurut ustadz?

Jawaban :

Jumat, 10 April 2015

PETUNJUK RASULULLAH TENTANG ALAM KUBUR


Oleh : Dr. H. Zainuddin MZ, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Alangkah nikmatnya mengikuti bimbingan Rasulullah SAW dalam setiap langkah kehidupan. Termasuk mengikuti bimbingan beliau adalah selalu mengingatkan akan alam kubur. Beliau dengan tegas menjelaskan : Udzkuruu khaatimal ladzaat yakni al maut (Ingat-ingatlah adanya pamungkas adanya kenikmatan hidup ini, yakni datangnya kematian). Andaikan kita selalu ingat mati,

Jumat, 03 April 2015

Cara Cantik Menyikapi Kritik

Pada abad 18 H, bencana kelaparan hebat melanda wilayah Arabia Utara. Khalifah 'Umar Rhadiyallahu 'anhu melewati hari-harinya tanpa istirahat dan tidak bisa tidur memikirkan cara menanggulangi bencana tersebut. Ia bersumpah tidak akan menyentuh susu dan mentega sampai kelaparan barakhir.

Bencana itu disusul dengan wabah sampar mematikan yang menyebar di Syam. 'Umar mengambil untanya dan berangkat ke daerah itu untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.

Jumat, 27 Maret 2015

ISTIQOMAH - Pintu Hidup Menuju Barokah


Oleh KH. M. Syukron Djazilan Badri

Banyak diantara kita yang sering mendengar dan mengucapkan istilah Istiqomah, namun dibalik kata tersebut mudah ketika kita ucapkan namun dalam segi pengamalan tidak semudah ketika mengucapkannya. Sebelum lebih jauh kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan Istiqomah tersebut. Secara etimologi Istiqomah berasal dari kata istaqama, yastiqimu yang berarti "tegak lurus". Dalam kamus besar bahasa Indonesia istialh Istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.


Jumat, 20 Maret 2015

MENGAPA SEHARUSNYA BEKERJA MA'ALLAH



وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

QS. At-Taubah (9:105)

Al-Qur'an mengemukakan sejumlah kisah tokoh yang telah bekerja ma'allah. Misalnya,

Rabu, 18 Maret 2015

Tanya Jawab "Mewujudkan Islam Kaafah"


oleh Dr. H. Abdus Salam Nawawi, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Pertanyaan :

Dalam benak saya Islam kaafah itu masih abstrak. Kita ketahui dalam bidang perbankan saja banyak menggunakan istilah-istilah Islam, tetap di dalamnya masih ada praktek riba. Sehingga muncullah pemikiran-pemikiran dalam rangka Islamisasi di berbagai bidang. Mohon penjelasan!

Jawaban :

Jumat, 13 Maret 2015

MEWUJUDKAN ISLAM KAAFAH


oleh Dr. H. Abdus Salam Nawawi, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Allah berfirman dalam surah Al Baqarah : 208, yang maknanya :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Panggilan bagi umat Islam untuk masuk ke dalam Islam secara kaafah (menyeluruh). Melahirkan ambigu di kalangan ahli tafsir. Ada yang berpendapat, bahwa yang di panggil dalam ayat tersebut adalah orang-orang munafiq, yang mereka hanya beriman pada lisannya saja, sedangkan hati mereka tidak beriman. Ada juga yang berpendapat, bahwa yang di panggil ini adalah orang-orang Ahlu Kitab yang masuk Islam, tetapi mereka masih membawa faham agama sebelumnya. Pendapat lain, bahwa panggilan ini adalah untuk orang-orang Ahlu Kitab yang beriman kepada kitab-kitab Allah sebelum Al-Qur'an. Tetapi, mayoritas mufassir (ahli tafsir) berpendapat bahwa panggilan ayat di atas adalah kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah SAW. Kalau begitu ada pesan yang terus-menerus dan harus menjadi kesadaran kita yang sudah beriman, untuk senantiasa menyempurnakan keislaman kita. 

Orang Islam perlu menyempurnakan keislamannya. 

Jumat, 06 Maret 2015

Huznudzon Billah


Sesungguhnya setiap sesuatu memiliki hakikat, dan seorang hamba masih belum mencapai hakikat iman sebelum ia mengetahui bahwa hal yang menimpa dirinya bukanlah sesuatu kekeliruan, dan yang meleset darinya bukanlah merupakan hal yang seharusnya menimpa dirinya

(riwayat Imam Ahmad dari Abu Darda')

Pemahaman Hadis

Tuhan tidak sedang melempar dadu. Dia tidak main-main dengan Takdir yang digariskan. Segala ketentuan untuk kehidupan sudah tertata dengan sedimikian terukur. Tidak diciptakan suatu ketentuan melainkan ketentuan tersebut adalah yang terbaik. Keyakinan terhadap keserba baikan Allah dengan segala yang telah dan akan di takdirkan adalah hakikat keimanan seseorang.

Ujian "dianugerahkan" sebagai penimbang kepasrahan seorang hamba kepada Allah jalla jallaluh. Keimanan yang sudah diraih tidak begitu saja tertanam tanpa ada cobaan yang akan mengukur seberapa kuat keimanan seseorang kepada Allah. (Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?) (QS Al-Ankabuut (29) 2)

Tanggapan terhadap takdir yang sudah ditetapkan menunjukkan kualitas keimanan seseorang. Keridhoan terhadap segenap takdir-Nya menjadi tanda bahwa orang tersebut memiliki keimanan. Dihatinya tertanam Husnudzon Billah terhadap sesuatu yang diberikan. Mensyukuri segenap anugerah apapun yang diberikan tanpa ada rasa kecewa atau curiga dengan anugerah tersebut.

Tidak ada rasa curiga bahwa yang ditetapkan oleh Allah adalah takdir yang keliru, salah sasaran. Seorang yang telah mencapai puncak keimanan akan senantiasa nrimo ing pandum tanpa sedikitpun mendekte ketetapan yang sudah ditentukan.

Apapun itu, baik musibah atau ujian yang berupa sesuatu yang disenangi ataupun yang tidak disenangi. Sebab setiap apa yang ditakdirkan adalah ujian dari Allah yang menjadi pengukur keimanan.

Akankah harta,  pangkat, kemapanan, kepopuleran akan menjadikan manusia lupa untuk mengingat dan mensyukuri nikmat-Nya?
Akankah kemiskinan, kesempitan, masalah menjadikan seseorang berburuk sangka kepada-Nya?

Bahkan ada kalanya kesusahan dan kesempitan yang diberikan oleh Allah adalah tanda cinta dari-Nya. Seperti yang di tuturkan oleh Waliyullah Fudhail bin Iyadh,
"Ketika Allah mencintai hamba-Nya , akan diperbanyak kesusahannya. Dan ketika Allah membenci manusia, akan di perbanyak untuk ya hal-hal dunia" (Risalatul Qusyairiyyah)

Maka persepsi bahwa kesukaran bukti tidak adanya keimanan harus dierosikan dalam benak kita. Tapi ada kalanya kesusahan dan masalah pun menjadi tanda bahwa orang tersebut dicintai Allah. Namun orang yang beriman merasa bahwa kesukaran yang biasa dianggap sebagai problem tersebut sebagai sesuatu yang mudah, nikmat untuk dijalani sebab memasrahkan diri kepada-Nya dan menjalani segala sesuatu dengan senang hati. Karena dalam keadaan apapun, seseorang yang beriman akan tetap bersama Allah.

Tidak diciptakan suatu ketetapan apapun, kecuali hal tersebut adalah baik dan akan menjadikan seseorang menjadi baik, jika mampu melewatinya dengan benar. (Man yuridil lahu khoiron, yusib minhu, Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi baik, maka diberikan cobaan kepadanya).

Risalatul Luthfiyyah

Manusia terus berproses dan menempa diri untuk menjadi baik dan lebih baik. Salah satu peluang untuk menjadi baik adalah menyikapi takdir-Nya dengan tawakal dan Husnudzon Billah. Apa-apa yang ditakdirkan dijadikan sebagai sarana Muhasabah 'ala nafs dan taqorrub ilallah.

Cinta manusia kepada-Nya diuji dengan berbagai hal. Akankah rasa cinta kepada Allah masih akan tetap bersemayam dan menjadikannya Ridho dengan takdir tersebut dengan terus meyakini bahwa cobaan yang diberikan adalah tanda cinta Allah kepadanya? Banyaknya ujian yang diberikan akan menjadikan manusia semakin kuat dan terus belajar menjadi lebih baik dalam menyikapi ujian-ujian yang akan datang.

Sejali lagi, bahwa apapun takdir yang telah di tetapkan pada kita adalah baik dan sudah pas. Pun begitu halnya Takdir yang sudah ditetapkan kepada orang lain. Tidak ada takdir tertukar.

"Mbok saya di takdirkan yang itu saja!"

Protes terhadap takdir adalah tanda bahwa kita masih belum yakin akan keserba baikan Allah dengan segala yang ditakdirkan. Kecewa, ngeresulo, dan curiga terhadap takdir-Nya adalah lemahnya iman seseorang. Mari menempa diri untuk menerima apapun yang ditakdirkan. Tidak ada takdir yang pahit, karena keimanan dan cinta kepada-Nya akan menjadikan segalanya menjadi manis. Tidak ada ketetapan yang menyakitkan. Karena iman dan cinta kepada-Nya akan menjadikan segala terasa asyik. Tuhan mensetting agar manusia bisa bermesraan dengan takdir dan ujian-ujian dianugerahkan. Agar kita semakin ngalem dan bersandar kepada-Nya.

Husnudzon Billah bawa takdir-Nya adalah sarana untuk menjadikan kita menjadi lebih baik dan terus lebih baik. Yakin bahwa tidak ada takdir yang keliru. Serta menjadikan kedua hal tersebut sebagai sikap paten, sikap yang senantiasa diutamakan untuk menyikapi segenap takdir-Nya.

Takdir Tuhan selalu presisi dan pas se-pas-pas-nya.

Sumber : Lembar Jum'at Nasional al-Fath edisi ke-681

Senin, 02 Maret 2015

Tanya Jawab "Fleksibilitas Dalam Hukum Islam"

oleh Prof. Dr. H. Ahmad Faishol Haq, M.Ag


Pertanyaan : 

1. Sebagaimana yang Prof. Jelaskan dalam khutbah tadi, bahwa Nabi SAW memberi tuntunan kepada para imam agar meringankan shalat, karena jamaah yang berbeda kepentingan dan kondisinya. Bagaimana dengan fenomena shalat tarawih yang ada di kampung-kampung yang seakan-akan berlomba cepat selesai?

2. Tadi dijelaskan bahwa, dalam menimba ilmu bisa membaca sendiri kalau mampu, bisa mengikuti pengajian-pengajian, bisa juga dengan bertanya. Dalam kesempatan ini saya ingin bertanya untuk memperoleh ilmu tersebut. Saya pernah membaca dalam ilmu Al-Qur'an ada istilah nasikh mansukh. Mohon dijelaskan?

3. Bagaimana fleksibilitas ajaran Islam dalam memilih pemimpin?

Jawaban :

1. Di dalam shalat ada rukun-rukun yang tidak boleh di tinggalkan, jika di tinggalkan , walaupun salah satu, maka shalatnya tidak sah. Sementara rukun shalat ada 17, diantaranya harus tuma'ninah. Tuma'ninah adalah berhenti sebentar seukuran membaca سُبْحَانَ اللّهُ. Jika kurang dari bacaan itu, maka belum tuma'ninah namanya, sehingga tidak sah. Jika ada imam yang seperti itu, maka kita yang sudah tau wajib mengingatkan. Karena Islam mempunya sistem tawaashoubil hal (nasehat menasehati agar mentaati kebenaran). (Q.S. Al-Ashr : 3). Maknanya : "1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

2. Allah berfirman dalam surah al Baqarah : 106. Maknanya : "106. Ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datang kan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Ketika turun surah al Baqarah : 240, berkenaan dengan iddahnya perempuan yang di tinggal wafat suaminya, iddahnya sebanyak satu tahun. Ayat tersebut adalah maknanya : 
"240. Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Setelah berjalan beberapa saat, iddah satu tahun bagi janda yang di tinggal wafat suaminya dianggap oleh Allah kurang maslahat. Karena kalau harus menunggu satu tahun, terlalu lama, kemudian Allah turunkan lagi surah al Baqarah ayat 234. Maknanya : "234. Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

3. Memilih pemimpin dalam Islam itu ukuran nya adalah memilih yang seagama. Allah berfirman dalam surah an Nisa' : 144. Maknanya : "144. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)."

Selanjutnya, dalam memilih pemimpin harus yang ahli. Rasulullah SAW bersabda : idzaa wusidal amru mi ghairi ahlihaa fantadhiris saa'ah (apabila menyerahkan perkara tidak pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya). Misalnya sebuah jam tangan yang rusak, jika diperbaiki oleh tukang service jam, maka akan bisa baik, tetapi kalau diserahkan tukang batu, tidak bisa dibayangkan jadinya.
Wallahu a'lam

Jumat, 27 Februari 2015

FELKSIBILITAS DALAM HUKUM ISLAM


oleh Prof. Dr. H. Ahmad Faishol Haq, M.Ag dalam Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya

Allah berfirman dalam surah Thaha [20] : 2-3

مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ 
(Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah)

إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ
(tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)

Dari keterangan ayat tersebut, menjelaskan bagi kita, bahwa Islam itu tidak kaku, tetapi Islam itu fleksibel. Bahkan ada yang mengatakan kalau hukum Islam itu bisa berubah, karena ada perubahan waktu, tempat dan keadaan. Ulama' Ushul Fiqih membuat sebuah kaidah : taghyyurul ahkaam, bitaghayyuril azminati wal amkinati wal ahwaal (perubahan hukum dalam Islam disebabkan karena ada perubahan waktu, tempat dan keadaan). Ketika Rasulullah SAW masih hidup, ada sahabat yang bernama Imron bin Husain. Dia menderita penyakit ambeien, hingga anusnya terus mengeluarkan darah. Lalu bertanya kepada Rasulullah SAW : Ya Rasul, bagaimana shalat saya dengan kondisi sakit yang saya derita ini?
Rasulullah SAW memberi opsi :
Shalatlah kamu dengan berdiri. Jika kamu berdiri tidak mampu, (bahkan kalau terlalu lama bisa mengeluarkan darah), maka boleh melakukan shalat dengan duduk.

Makanya dalam melakukan shalat jamaah, imam tidak boleh membaca surat teralu panjang. Karena jamaahnya bermacam-macam dengan kondisi dan keperluan yang berbeda pula. Rasulullah SAW bersabda :
idzaa 'amma ahadukum fal yukhaffif, faina fiihaa suyuukh, wa maridhun, wa dzuu haajatin, waidzaa sholla linafsihi fal yuthawwil maa syaa'a (jika kalian menjadi imam, maka ringankanlah (bacaannya), karena boleh jadi di dalam jamaah itu ada orang yang sudah tua, dan kemungkinan ada orang yang sedang sakit, dan ada juga yang mempunyai keperluan. Dan bila shalat sendiri, maka silahkan memperpanjang bacaannya sesuai yang diinginkan).
Sehingga, menurut riwayat Imam Syafi'i menghatamkan al-Qur'an 30 juz dalam dua rakaat shalat Tahajjud.

Orang yang bepergian jauh, tentu capek badannya, penat pikirannya, mungkin juga keluar banyak duitnya. Maka, Islam memberi keringanan kepada mereka yang bepergian untuk meringkas (qashar) shalat dan menjama' (melakukan dua shalat dalam satu waktu). Sebagaimana dijelaskan dalam surah an-Nisa' : 101. Yang maknanya : "Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-Qashar sembahyang(mu), jika kamu takut di serang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu".

Begitu juga dalam ibadah lain mesti ada keringanan bagi orang tertentu yang tidak bisa melakukan dengan sempurna, seperti puasa Ramadhan. Dijelaskan dalam surah al-Baqarah : 183-184. 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

(Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa)

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

((yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui)

Keringanan yang diberikan Allah dalam melakukan kewajiban, ada kalanya dengan mengganti hari seperti puasa yang diganti dengan hari yang lain. Ada dengan meringkasnya seperti menjama' dan mengqashar shalat, ada pula yang dibebaskan sama sekali seperti orang yang sudah tua yang tidak kuat lagi melakukannya. Itulah ajaran Islam itu harus dipelajari dan dikaji hingga tidak terbatas oleh waktu. Kalau mampu silahkan mempelajari sendiri, tetapi kalau tidak, silahkan datang ke majelis-majelis ta'lim, atau bertanya pada ahlinya. Karena ilmu sumbernya dari tiga hal itu.

Sehingga, dalam Islam itu seluruh masalah yang ada, ada jalan keluarnya, dan jalan keluar itu mesti kemudahan. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah : 185, maknanya : "...... Allah menghendaki kemudahan bagi mu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur".

Sumber : Dakwah Jum'at Al Akbar Surabaya Edisi 210
Text Al Qur'an : Muslim Pro

Senin, 23 Februari 2015

Tanya Jawab "Refleksi di tahun baru"

oleh KH. Abdusshomad Buchori

Pertanyaan :

Bayu, Pasuruan. Dalam merayakan tahun baru yang biasa muncul adalah kebudayaan yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Salah satunya yang terjadi kemarin di Taman Bungkul Surabaya, merayakan dengan doa bersama dengan menggunakan lilin. Bagaimana menyikapi kejadian seperti itu, agar umat Islam tidak terjerumus ke dalam hal yang dilarang agama?

Roihul Pasaribu, Medan. Dalam kehidupan sekarang berbagai macam godaan iman silih berganti. Misalnya di daerah asal saya, ada adat kebudayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, namun jika kita tidak mengikuti maka, akan dikucilkan. Bagaimana kiat agar iman tetap konsisten (istiqamah) dalam setiap keadaan?

Jawaban :

1. Dalam menyikapi kebudayaan yang selalu ada dan terus berkembang dalam masyarakat, ada kaidah Islam yang bisa menjadi dasar pijakan dalam bersikap, yakni al ‘aadah muhakkamah maa lam tukhalif fisy syar’a (adat istiadat bisa diterima jika tidak bertentangan dengan syariat). Kalau doa bersama dengan menyalakan lilin bukan kebudayaan Islam, maka jangan diikuti. Kalau itu yang melakukan pemerintah, maka harus diingatkan. Doa bersama hukumnya haram. Ada orang non muslim berdoa, maka kita sebagai muslim tidak boleh mengamini, karena akidah kita beda. MUI Jawa Timur mengeluarkan fatwa, mengucapkan “selamat natal” kepada non muslim hukumnya haram, karena sudah menyangkut persoalan ideology (akidah) bukan lagi menyangkut kemanusiaan. Bukan masalah kerukunan, tetapi karena agama tidak boleh dicampur aduk. Istilah yang trend sekarang pencampuradukan agama disebut dengan pluralisme agama.

2. Masalah adat kebudayaan mana yang boleh mana yang tidak, sudah dijelaskan di jawaban pertama. Selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam, boleh. Jika bertentangan dengan ajaran Islam, maka haram hukumnya mengikuti. Namun jika itu terjadi di lingkungan anda, maka harus pandai-pandai memilah dan memilih, agar tidak terjadi benturan. Harus bijaksana dalam bersikap. Saya kira kalau kita tegas dan bijaksana, insyaa Allah mereka juga akan faham. Dan sebagai seorang muslim sebenarnya anda juga punya kewajiban untuk merubah adat kebudayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu. Sesuai ajaran Nabi, untuk merubah suatu kemungkaran itu pertama dengan tangan, bisa di artikan dengan kekuasaan, jika tidak mampu, maka dengan perkataan yang baik, dan bijaksana, kalau keduanya tidak mampu, maka menolaknya dengan hati, walaupun itu tingkatan paling rendah. Memang untuk menguatkan iman selalu akan diuji sesuai tingkatannya. Ujian keimanan ini untuk menjadi iman kuat. Jadi, semakin kuat iman, maka ujian akan semakin berat pula. Anggaplah apa yang terjadi di lingkungan anda itu sebagai ujian iman anda. Walaupun dengan itu anda dikucilkan, namun anda harus tetap baik kepada mereka. Mungkin dengan membaca buku-buku kisah perjalanan Nabi, atau para ulama-ulama, imam-imam tersohor dalam berdakwah dan mempertahankan imannya. Dengan begitu anda akan termotivasi.
Adapun upaya agar iman tetap konsisten, maka berusahalah ibadah dengan tekun. Shalat lima waktu dijaga, dan jangan sampai ada yang terlupakan. Tetangga yang sakit, dibantu. Ada orang tidak mampu, maka jangan segan-segan untuk membantu, hal ini untuk menjaga hubungan dengan lingkungan. Selalu membaca Al-Qur’an. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Shalat malam diusahakan istiqamah. Ada baiknya anda simak firman Allah pada surah Al-Baqarah : 177. Yang maknanya : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang yang bertakwa.


Wallahu a’lam bishawaab